MENETAPKAN ADZAB QUBUR ADALAH PRINSIP AQIDAH AHLUS SUNNAH
Oleh : Abu Ghozie
As-Sundawie
Diantara prinsip
Aqidah yang sudah disepakati oleh para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah
menetapkan adanya adzab Qubur yang merupakan bagian dari pembahasan iman kepada
hari akhir. Adzab kubur ditetapkan berdasarkan dalil dari Al-Qur’an , As-Sunnah
yang shahih bahkan mutawatir serta Ijma’.
1. Dalil dari
Al-Qur’an :
Allah Ta’ala
berfirman :
سَنُعَذِّبُهُم مَّرَّتَيْنِ ثُمَّ
يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
“Nanti
mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab
yang besar”. (QS At-Taubah : 101)
Al-Hasan
Al-Bashri rahimahullah berkata : “Maksud Firman Allah “ Mereka (orang-orang
munafiq) akan Kami siksa dua kali yaitu siksa dunia dan siksa di alam kubur”
(Tafsir At-Thabari 14/443)
Ibnu Abbas
radhiyallahu anhuma berkata, “ Adzab yang pertama di dunia berupa di bongkarnya
kedok kemunafiqan mereka atau ditegakkannya hukuman had atas mereka, dan adzab
yang kedua adalah maksudnya adzab kubur” (Tafsir Ibnu Katsir 2/332, Zaadul
Musir 3/372 )
Al-Imam
Al Bukhari rahimahullah berkata didalam kitab shahihnya Bab tentang adanya
adzab kubur, lalu beliau membawakan 3 ayat al-Qur’an sebagai dalilnya yaitu
Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 103, Surat At-Taubah ayat 101, dan Surat Ghafir
ayat 46.
Juga
Firman Allah Ta’ala :
وَمَنْ
أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta". ( QS Thaha : 124 )
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang dimaksud
dengan kehidupan yang sempit (Ma’isyatan Dhanka) adalah siksa Kubur (HR Ibnu
Hibban, Mawarid Ad-Dhaman 5/426 no. 1751, Pentahqiq Husain Asad menghasankan
hadits tersebut)
Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ahnu juga menafsirkan kehidupan yang sempit adalah siksa
kubur ( Lawami’ul Anwar Al-Bahiyyah 2/13 )
Allah
Ta’ala berfirman :
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ
مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dan
Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat sebelum
azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang
benar). (QS AS-Sajdah : 21)
Al-Bara
bin ‘Azib, Abu Ubaidah serta Mujahid radhiyallahu anhum mengatakan, “ Adzab
yang dekat” maksudnya Adzab Kubur” (Tafsir At-Thabari 10/247, Tafsir Ibnu
Katsir 3/405, Bahrul Muhith 8/439, Zaadul Musir 6/183. )
Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “ Dan sekumpulan para Sahabat diantaranya
Ibnu Abbas radhiyallahu anhu telah berdalil dengan ayat ini atas adanya adzab
kubur” (Ar-Ruuh, Ibnul Qayyim hal. 132. )
Allah
Ta’ala berfirman :
النَّارُ
يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ
أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari
terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan
kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (QS Ghaafir : 46 )
Imam
Ibnu Katsir rahimhullah mengatakan :
وَهَذِهِ الْآيَةُ أَصْلٌ كَبِيرٌ فِي اسْتِدْلَالِ أَهْلِ السُّنَّةِ
عَلَى عَذَابِ الْبَرْزَخِ فِي الْقُبُورِ، وَهِيَ قَوْلُهُ: {النَّارُ
يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا} .
“Dan
ayat ini merupakan pokok yang besar bagi Ahlus Sunnah didalam pendalilan atas
adanya adzab kubur di alam barzarkh yaitu Firman Allah Api ditampakan kepadanya
(fir’aun) pada waktu pagi dan petang” (Tafsir Ibnu Katsir 4/70).
Imam
As-Syaukani rahimahullah berkata, “Jumhur Ulama berpendapat bahwa maksud
ditampakannya api pagi dan petang adalah dialam barzakh” ( Fathul Qadir,
As-Syaukani 4/613.)
Dan
ayat-ayat yang lain sangatlah banyak yang menunjukan adanya adzab kubur
walaupun tidak secara tegas akan tetapi secara tersurat berdasarkan penafsiran
salafus shalih dari kalangan para sahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik
sampai hari kiamat. Diantaranya Imam Al-Bukhari membawakan tiga ayat lalu Imam
Ibnul Qayyim membawakan lima ayat ( di kitab Ar-Ruuh, hal. 131). , Imam Ibnu
Rajab membawakan enam ayat (di kitab Ahwalul Qubur, Ibnu Rajab, hal. 79) ,
bahkan ketika digali lagi mencapai sepuluh tempat didalam al-Qur'an (lihat di
kitab Al-Yaumul Akhir Fil Qur’anil ‘Adzim, Abdul Muhsin Al-Muthairiy, hal.
94-101).
2.
Dalil-dalil dari Sunnah
Dalil-dalil
dari sunnah tentang adzab kubur sangatlah banyak bahkan sampai mencapai derajat
mutawatir.
Abul ‘Iz
Al-Hanafi rahimahullah berkata :
وَقَدْ تَوَاتَرَتِ الْأَخْبَارُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ ثُبُوْتِ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعِيْمِهِ لِمَنْ كَانَ
لِذَلِكَ أَهْلاً، وَسُؤَالِ الْمَلَكَيْنِ، فَيَجِبُ اعْتِقَادُ ثُبُوْتِ ذَلِكَ
وَاْلإِيْمَانُ بِهِ، وَلَا نَتَكَلَّمُ فِيْ كَيْفِيَتِهِ، إِذْ لَيْسَ
لِلْعَقْلِ وُقُوْفٌ عَلَى كَيْفِيَتِهِ
“Sungguh
telah datang kabar yang mutawatir dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
tentang penetapan adanya ‘adzab dan ni’mat kubur bagi yang berhak atasnya,
demikaian juga pertanyaan dua malaikat maka wajib meyakini adanya yang demikian
dan beriman dengannya, Kita tidak membicarakan tentang tatacaranya karena aqal
tidak menjangkau untuk mencerna kaifiyat (tata caranya)” (Syarah Al-’Aqidah
At-Thahawiyyah : 276).
Imam
Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullah :
وَأَنْكَرَتِ اْلمُعْتَزِلَةُ عَذَابَ الْقَبْرِ أَعَاذَنَا مِنْهُ.
وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ وُجُوْهٍ
كَثِيْرَةٍ، وَ رُوِيَ عَنْ أَصْحَابِهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِيْنَ،
وَمَا رُوِيَ عَنْ أَحَدٍ مِنْهُمْ أَنَّهُ أَنْكَرَهُ وَنَفَاهُ وَجَحَدَهُ،
فَوَجَبَ أَنْ يَكُوْنَ إِجْمَاعًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
“Kaum
Mu’tazilah telah mengingkari adzab kubur kita berlindung daripadanya, padahal
sungguh telah diriwayatkan dari Nabi shalallahu alaihi wasallam dari jalur
periwayatan yang banyak, dan juga dari para Sahabat Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam dan tidak ada diriwayatkan dari seorangpun dikalangan para
sahabat yang mengingkari adanya adzab kubur, maka ini merupakan kesepakatan
para sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam” (lihat kitab Al-Ibanah Min
Ushulid Diyanah : 181)
Diantara
hadits-hadits yang menunjukan adanya adzab kubur adalah dari Anas bin Malik
radliallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihiwasallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ
أَصْحَابُهُ وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ
فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُولَانِ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ لِمُحَمَّدٍ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُولُ أَشْهَدُ
أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ لَهُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ
النَّارِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا
قَالَ قَتَادَةُ وَذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ ثُمَّ رَجَعَ
إِلَى حَدِيثِ أَنَسٍ قَالَ وَأَمَّا الْمُنَافِقُ وَالْكَافِرُ فَيُقَالُ لَهُ
مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا
يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ وَيُضْرَبُ بِمَطَارِقَ
مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ غَيْرَ
الثَّقَلَيْنِ
“Jika
seorang hamba (jenazahnya) sudah diletakkan didalam kuburnya dan teman-temannya
sudah berpaling dan pergi meninggalkannya dan dia dapat mendengar gerak langkah
sandal sandal mereka, maka akan datang kepadanya dua malaikat yang keduanya
akan mendudukkannya seraya keduanya berkata, kepadanya: "Apa yang kamu
ketahui tentang laki-laki ini, Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam?". bila
seorang mu'min dia akan menjawab: "Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba
Allah dan utusanNya". Maka dikatakan kepadanya: "Lihatlah tempat
dudukmu di neraka yang Allah telah menggantinya dengan tempat duduk di surga.
Maka dia dapat melihat keduanya".". Qatadah berkata,: "Dan
diceritakan kepada kami bahwa dia (hamba mu'min itu) akan dilapangkan dalam
kuburnya". Kemudian dia kembali melanjutkan hadits Anas radliallahu
'anhu.: " Dan adapun (jenazah) orang kafir atau munafiq akan dikatakan
kepadanya apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini?". Maka dia akan
menjawab: "Aku tidak tahu, aku hanya berkata, mengikuti apa yang dikatakan
kebanyakan orang". Maka dikatakan kepadanya: "Kamu tidak
mengetahuinya dan tidak mengikuti orang yang mengerti". Kemudian dia
dipukul dengan palu besar terbuat dari besi sehingga mengeluarkan suara
teriakan yang dapat didengar oleh yang ada di sekitarnya kecuali oleh dua
makhluq (jin dan manusia)”. (HR Bukhari : 1374, Muslim : 2870)
Dan dari
Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu , dia berkata :
بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَائِطٍ
لِبَنِي النَّجَّارِ عَلَى بَغْلَةٍ لَهُ وَنَحْنُ مَعَهُ إِذْ حَادَتْ بِهِ
فَكَادَتْ تُلْقِيهِ وَإِذَا أَقْبُرٌ سِتَّةٌ أَوْ خَمْسَةٌ أَوْ أَرْبَعَةٌ
قَالَ كَذَا كَانَ يَقُولُ الْجُرَيْرِيُّ فَقَالَ مَنْ يَعْرِفُ أَصْحَابَ هَذِهِ
الْأَقْبُرِ فَقَالَ رَجُلٌ أَنَا قَالَ فَمَتَى مَاتَ هَؤُلَاءِ قَالَ مَاتُوا
فِي الْإِشْرَاكِ فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ تُبْتَلَى فِي قُبُورِهَا
فَلَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ الَّذِي أَسْمَعُ مِنْهُ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ
فَقَالَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ قَالُوا نَعُوذُ بِاللَّهِ
مِنْ عَذَابِ النَّارِ فَقَالَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
قَالُوا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ قَالَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ
مِنْ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ قَالُوا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ
الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ قَالَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ
فِتْنَةِ الدَّجَّالِ قَالُوا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
“Disaat
Rasulullah berada di kawasan kebun bani Najjar di atas keledai dan kami saat
itu bersamanya, tiba-tiba keledai itu meronta dan hampir menjatuhkannya,
ternyata di sana terdapat 6 atau 5 atau 4 makam (dia berkata, seperti inilah
yang diceritakan Jurairi). Kemudian beliau bertanya, "Siapa yang
mengetahui penghuni makam-makam itu?' Seorang pemuda menjawab, 'Saya.' Lalu
beliau bertanya, 'Kapan mereka meninggal?' Pemuda itu menjawab, 'Mereka seluruhnya
meninggal pada zaman kemusyrikan.' Lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya penghuni
makam-makam ini akan diuji di kuburnya. Kalau seandainya aku tidak khawatir
kalian tidak mau saling menguburkan maka aku akan memohon kepada Allah agar
kalian dapat mendengarkan siksa kubur seperti yang aku dengar.' Lalu beliau
menghadapkan mukanya kepada kami, seraya bersabda, 'Mohonlah perlindungan
kepada Allah Ta’ala dari siksa api Neraka' Lalu mereka berkata, 'Kami
berlindung kepada Allah dari siksa api Neraka.' Kemudian beliau berkata,
'Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur' Mereka berkata, 'Kami
berlindung kepada Allah dari siksa kubur' Lalu beliau bersabda, 'Berlindunglah
kepada Allah dari fitnah yang nyata dan yang tersembunyi' mereka berkata, 'Kami
berlindung dari fitnah yang nyata dan yang tersembunyi.' Kemudian Rasulullah
bersabda, 'Berlindunglah dari fitnah Dajjal Maka mereka berkata, "Kami
berlindung dari fitnah Dajjal” (HR Muslim : 2687).
Dari Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu anhu ia berkata :
لَمَّا كَانَ يَوْمُ الأَحْزَابِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَلَأَ اللَّهُ بُيُوتَهُمْ وَقُبُورَهُمْ نَارًا، شَغَلُونَا
عَنِ الصَّلاَةِ الوُسْطَى حَتَّى غَابَتِ الشَّمْسُ
“Ketika
peperangan Ahzab Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “ semoga Allah
memenuhi rumah-rumah mereka dan kubur-kubur mereka dengan api karena telah
menyibukan kita dari shalat wustha (yaitu shalat ashar) sampai tenggelamnya
matahari” (HR Bukhari : 2931, Muslim : 627).
3. Dalil
dari ijma’.
Para
Ulama Salaf dari kalangan ahlus sunnah wal jama’ah telah sepakat dan tidak ada
khilaf kecuali dari kelompok ahli bid’ah dari kalangan Mu’tazilah dan Khawarij
serta kaum Filsafat bahwa adanya adzab kubur adalah haq serta bagian dari
masalah agama yang wajib diimani secara qath’i atau pasti.
Imam
Ahmad bin hanbal rahimahullah berkata : “‘Adzab kubur adalah benar adanya
tidaklah orang yang mengingkarinya kecuali orang yang sesat dan menyesesatkan”
(Thabaqat Al-Hanabilah 1/62).
Imam
As-Syafi’i rahimahullah berkata, “...Dan sesungguhnya adzab kubur adalah Haq
serta pertanyaan untuk ahlil qubur adalah benar” (Al-I’tiqad Wal-Hidayah,
Al-Baihaqi, hal. 295)
Kelompok
yang mengingkari adanya siksa kubur dari kalangan kaum mu’tazilah dan Khawarij
terbagi kepada empat madzhab (pendapat) :
[1]
Kelompok yang mengingkari secara total, mereka ini seperti Dharar bin ‘Amer
Al-Gathfani, Bisyir Al-Marisi, Yahya Bin Kamil, dan kebanyakan dari Mu’tazilah
dan Khawarij belakangan. (kitab Al-Milal wan Nihal, hal. 160, Maqalat Islamiyin
1/200).
[2]
Kelompok yang berpendapat bahwa siksa kubur seperti orang tidur, tidak terasa
adanya pukulan siksa, sebagiannya berpendapat siksa kubur hanya terjadi antara
waktu kedua tiupan sangkakala saja pada hari kiamat, mereka ini adalah : Abul
Hudzail Al-‘Allaf, Bisyir Bin Al-Mu’tamar, Al-Qadhi Abdul jabbar. (Ar-Ruuh,
hal. 167, Fathul Bari 3/278, Al-Mawaqif, hal. 382.)
[3] Kelomkpok dari
sebagian mu’tazilah yang berpendapat bahwa Allah menyiksa orang mati di kubur
mereka, lalu mereka merasakan sakit tapi mereka tidak menyadari akan tetapi
ketika dibangkitkan baru merasakan sakit tersebut. (Ar-Ruuh, hal. 168).
[4] Menetapkan adzab
kubur akan tetapi menafikannya terhadap kaum mu’minin (adzab kubur khusus
orang-orang yang kekal saja dineraka, termasuk orang-orang fasik karena pokok
keyakinan mereka bahwa orang fasik adalah kekal dineraka), yang berpendapat ini
adalah tokoh mu’tazilah yang merupakan bapak tirinya Imam Abul Hasan Al-Asy’ari
yaitu Ali Al-Jubaa-i, yang berkeyakinan ini juga termasuk anaknya, lalu
Al-Balkhi seorang tokoh mu’tazilah. (Ar-Ruuh, hal. 167).