Ustadz Unknown |

KEKHUSUSAN RASULULLAH shalallahu alaihi waslallam




Kekhususan Rasulullah shalallahu alaihi waslallam yang dimaksud adalah keistimewaannya dibandingkan dengan Para Nabi dan Rasul yang lain. Kekhusususan Rasulullah  terbagi menjadi dua yaitu kekhususan di dunia dan kekhususan di akhirat.

KEKHUSUSAN DI  DUNIA

Kekhususan Nabi a dan keistimewaannya dibandingkan dengan Nabi-nabi yang lainnya dalam kehidupan dunia adalah diantaranya:

1.             Perjanjian Allah c dengan para Nabi k :

Allah c telah mengambil perjanjian dengan seluruh para Nabi dan Rasul k dari sejak Adam sampai Isa k ketika mereka diangkat dan dinobatkan menjadi Nabi dan Rasul, isi perjanjian itu adalah bahwasannya mereka akan beriman, menolong dan membela Nabi Muhammad a seandainya mereka bertemu dengannya, demikian juga perjanjian Allah ini berlaku untuk para umat mereka untuk beriman, menolong dan membela Nabi Muhammad a.


 Allah c berfirman :

وَإِذْ أَخَذَ اللّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءكُمْ رَسُولٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُواْ أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُواْ وَأَنَاْ مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".[6]



Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas o  berkata tentang ayat ini :

مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيّاً مِنَ الأَنْبِيَاءِ إِلَّا أُخِذَ عَلَيْهِ المِيْثَاقُ, لَئِنْ بَعَثَ اللُّه مُحَمَّداً وَهُوَ حَيٌّ لَيُؤْمِنُنَّ بِهِ وَيَنْصُرُنَّهُ, وَأَمَرَهُ أَنْ يَأْخُذَ المِيْثَاقَ عَلَى أُمَّتِهِ لَئِنْ بُعِثَ مُحَمَّدٌ وَهُمْ أَحْيَاءٌ لَيُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَيَنْصُرُنَّهُ

“Tidaklah Allah q mengutus seorangpun Nabi kecuali diambil perjanjian atasnya, yaitu apabila Allah q mengutus Nabi Muhammad a nanti, sedangkan mereka hidup (menyaksikan) nabi Muhammad a mereka harus beriman dan membela kepada nabi Muhammad a dan memerintahkan pula kepada masing masing umatnya untuk mengambil perjanjian ini, jikalau mereka bertemu dengan nabi Muhammad a wajib atas mereka beriman dan membelanya.”[7]




Jabir bin Abdullah y berkata :

أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ y  أَتَى النَّبِيَّ a بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ فَقَرَأَهُ عَلَى  النَّبِيُّ a فَغَضِبَ وَقَالَ: أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً، لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا، مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي

Bahwasanya Umar bin al-Khatab y mendatangi Nabi a dengan membawa kitab yang didapatkan dari Ahlul kitab lalu membacakannya dihadapan Nabi a. Beliapun a marah dan bersabda: Apakah engkau ragu wahai umar? Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa agama dalam keadaan putih bersih, janganlah kalian bertanya kepada mereka (ahlul kitab) tentang sesuatu (agama) sehingga mereka mengatakan kebenaran lalu kalian mendustakannya, atau mengatakan dusta lalu kalian membenarkannya. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya seandainya Musa sekarang hidup maka dia tidak leluasa kecuali harus mengikutiku”[8]

Berkata al-Imam Ibnu Katsir 5 dalam kitab Tafsirnya :

فَالرَّسُوْلُ مُحَمَّدٌ خَاتَمُ اْلأَنْبِيَاءِ صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْن, هُوَ اْلإِمَامُ الْأَعْظَمُ الَّذِي لَوْ وُجِدَ فِيْ أَيِّ عَصْرٍ  لَكَانَ هُوَ الْوَاجِبُ طَاعَتُهُ اْلمُقَدَّمُ عَلَى اْلأَنْبِيَاءِ كُلِّهِمْ, وَلِهَذَا كَانَ إِمَامُهُمْ لَيْلَةَ اْلإِسْرَاءِ لَمَّا اجْتَمِعُوْا بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ
“Maka Rasul Muhamammad sebagai penutup para Nabi Semoga shalawat dan salam selamanya tercurah kepada mereka sampai hari Kiamat, Ia adalah Imam yang agung yang seandainya didapati disetiap zaman maka baginya wajib untuk didahulukan dita’ati dari Nabi-nabi yang lain seluruhnya. Oleh karena itu ketika peristiwa Isra dan Mi’raj Rasulullah a shalat mengimami para nabi di Baitul Maqdis (sebelum Beliau di Mi’rajkan ke langit)”.[9]


2.             Kerasulannya bersifat universal :

Para Nabi dan Rasul k sebelum Nabi Muhammad a diutus untuk berdakwah khusus kepada kaumnya saja, adapun Rasulullah a memiliki keistimewaan dibandingkan dengan Nabi-nabi yang lain diantaranya kerasulannya yang bersifat Universal (menyeluruh), bukan hanya untuk kalangan bangsa Arab saja tapi untuk seluruh manusia bahkan manusia dan jin. 

Dalam hal ini Allah c berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيراً وَنَذِيراً وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”[10]

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”[11]

Oleh karena itu seruan Rasulullah a dalam berdakwah menggunakan kata seruan yang sifatnya umum dengan ucapan wahai sekalian manusia, sedangkan Nabi yang lain menggunakan kata seruan yang khusus yaitu : Wahai kaumku, wahai bani israil.

Seperti dalam firman Allah c:

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً

“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.”[12]

Jabir bin Abdullah y berkata: Bahwa Rasulullah a bersabda:

أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ

"Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorangpun dari Nabi-nabi sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang laki-laki dari ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia, dan aku diberikah (hak) syafa'at".[13]

Al ‘Iz bin Abdus Salam 5 berkata :

Dan diantara keistimewaan Rasulullah a bahwasanya Allah c mengutus setiap Nabi khusus kepada kaumnya saja, sedangkan nabi kita Muhammad a diutus kepada jin dan manusia. Setiap Nabi mendapatkan ganjaran dakwah kepada umatnya. Bagi Nabi kita a mendapatkan ganjaran dakwah kepada setiap yang diutus kepadanya.[14]

Adapun dalil yang menunjukan bahwa para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad a diutus hanya kepada kaumnya saja adalah Allah c berfirman tentang Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Luth, Syu’aib dan Nabi-nabi lainnya k :

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحاً إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ إِنِّيَ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)”.[15]

Tentang Nabi Hud j Allah c berfirman :

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُوداً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُونَ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"[16]




Tentang Nabi Shaleh j Allah c berfirman :

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحاً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ

“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.[17]


Tentang Nabi Luth j Allah c berfirman :

وَلُوطاً إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّن الْعَالَمِينَ
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"[18]


Tentang Nabi Syu’aib j Allah c berfirman :

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْباً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُم


“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.”[19]

Bahkan Rasulullah a diutus kepada kalangan Jin sebagaimana Firman Allah c :


وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَراً مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِم مُّنذِرِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.”[20]

Rasulullah a bersabda :


وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ


"Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, tidak seorangpun dari kalangan Yahudi atau Nasrani dari umat ini yang mendengar ajaranku, kemudian ia mati tanpa mengimani risalahku, kecuali ia tergolong penghuni neraka.” [21]

3.             Penutup para Nabi k:

Diantara rahmat Allah c kepada para hamba-Nya adalah dengan diutusnya Rasulullah a dan dijadikannya sebagai Penutup para Nabi, sehingga Islam menjadi sempurna karenanya. Allah c dan Rasul-Nya telah mengabarkan didalam Al Qur’an dan Sunnah bahwa Nabi Muhammad a adalah penutup sekalian para Nabi, sebagai bantahan kepada yang mengklaim adanya Nabi setelah Nabi Muhammad a dan dinyatakan bahwa klaimnya adalah dusta bahkan Rasulullah a menggelarinya sebagai Dajjal.

Allah c berfirman :

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً
 

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu[22]

Adapun dalil-dalil dari sunnah adalah :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  yأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ a قَالَ : مَثَلِي وَمَثَلُ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بُنْيَانًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهُ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ هَلَّا وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ قَالَ فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ

“Dari Abu Hurairah y bahwasanya Rasulullah a telah bersabda, "Perumpamaanku dan para nabi sebelumku adalah seperti orang yang membangun sebuah bangunan yang dibaguskan dan diperindah, kecuali satu batu bata di salah satu sudutnya yang belum terpasang. Orang-orang segera mengelilingi bangunan itu dan merasa kagum seraya bertanya, 'Duhai seandainya batu bata ini dipasang?" Rasulullah a berkata, "Akulah batu itu dan akulah penutup para nabi." [23]


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  y أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ a قَالَ فُضِّلْتُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ

“Dari Abu Hurairah y bahwasanya Rasulullah a bersabda, "Aku diberi enam kelebihan di atas para Nabi; 1. Aku diberi perbendaharaan kata yang singkat padat. 2. Aku diberi kemenangan dengan diberikan rasa takut dalam diri musuh. 3. Dihalalkan untukku harta rampasan perang. 4. Bumi dijadikan untukku sebagai tempat bersujud dan alat bersuci. 5. Aku diutus kepada semua makhluk, dan 6. aku dijadikan sebagai penutup para Nabi." [24]


عن جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ a قَالَ إِنَّ لِي أَسْمَاءً أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمَيَّ وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ وَقَدْ سَمَّاهُ اللَّهُ رَءُوفًا رَحِيمًا
 
Dari Jubair bin Muth'im y, bahwasanya Rasulullah a telah bersabda, "Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad aku adalah Ahmad, aku adalah Al Maahi, yang karena adanya aku, maka Allah menghapus kekufuran, aku adalah Al Haasyir yang di bawah kedua telapak kakiku umat manusia dikumpulkan, dan aku adalah Al Aaqib yang tidak ada nabi sesudahku." Allah c telah menamai Rasulullah a sebagai ra'uuf {yang pengasih} dan rahiim {yang penyayang}. [25]

عَنْ أَبِي حَازِمٍ قَالَ قَاعَدْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ  y خَمْسَ سِنِينَ فَسَمِعْتُهُ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ a قَالَ كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
Dari Abu Hazim, dia berkata, "Selama lima tahun saya telah berteman dan bergaul dengan Abu Hurairah y. Hingga pada suatu ketika saya pernah mendengarnya bercerita kepada saya tentang suatu hadits dari Nabi Muhammad a yang berbunyi, 'Orang-orang Bani Israil itu selalu diatur oleh para nabi Allah. Setiap kali seorang nabi meninggal dunia, maka ia akan digantikan oleh nabi yang lain. Tetapi, ketahuilah, bahwasanya tiada seorang nabi pun setelahku nanti. Namun, setelah itu akan hadir beberapa khalifah.'' Para sahabat bertanya, 'Lantas, apa yang akan engkau perintahkan kepada kami ya Rasulullah?' Rasulullah a menjawab, "Penuhilah pembai'atan khalifah yang pertama dan khalifah yang selanjutnya. Penuhilah hak-hak mereka. Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungan jawab terhadap kepemimpinan mereka." [26]

Dalil-dalil ini sebagai bantahan kepada mereka para Dajjalun (para pendusta) diakhir zaman yang mengaku Nabi setelah Nabi Muhammad a, sebagaimana sabdanya:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ.
"Kiamat tidak akan terjadi hingga muncul para dajal pendusta yang berjumlah hampir tiga puluh orang yang mana semuanya mengaku sebagai utusan Allah." [27]

Dalam Lafadz lain Beliau a bersabda :
إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ كَذَّابِينَ. وَ في رواية: فَاحْذَرُوهُمْ
Sesungguhnya akan muncul para pendusta menjelang kiamat kelak' Menurut riwayat yang lain dikatakan,: “Oleh karena itu, waspadalah kamu terhadap mereka” [28]


4.             Menjadi rahmat yang dihadiahkan (dianugerahkan) bagi seluruh alam:

Allah c mengutus Nabi-Nya sebagai pembawa rahmat bagi makhluk secara menyeluruh baik mu’min ataupun kafir, baik jin atau manusia.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”[29]


Ibnu Abbas p berkata tentang Firman Allah c:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ 
Dan tidaklah Kami mengutusmu Muhammad melainkan menjadi Rahmat bagi segenap Alam:

كَانَ مُحَمَّدٌ a رَحْمَةً لِجَمِيْعِ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَهُ كَانَ لَهُ رَحْمَةً فِيْ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ  وَمَنْ لَمْ يَتْبَعْهُ عُوْفِيَ مِمَّا كَانَ يُبتَلَى بِهِ سَائِرُ الأُمَمِ مِنَ الْخَسَفِ وَاْلمَسْخِ وَاْلقَذَفِ

Bahwasannya Nabi Muhammad a membawa rahmat bagi semua manusia (mu’min dan kafir), maka barangsiapa yang mengikuti petunjuknya dia akan mendapatkan rahmat itu di dunia dan di akhirat, tapi barangsiapa yang tidak mengikuti petunjuknya (tetap) dia akan mendapatkan (rahmat di dunia) berupa keselamatan tidak dibinasakannya seperti yang menimpa kepada umat-umat terdahulu yang ditenggelamkan di dasar bumi, dikutuk (jadi kera dan babi) atau dihujani batu”. [30]

وقال بعضُ العلماءِ في قوله تعالى :  وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ : لجميعِ الخلقِ للمؤمنِ رحمةً بالهدايةِ ورحمةً للمنافقِ بالأمانِ من القتلِ ورحمةً للكافرِ بتأخيرِ العذابِ

Dan sebagian Ulama mengatakan tentang ayat “Dan tidaklah Kami mengutusmu muhammmad kecuali membawa rahmat bagi seluruh alam” maksudnya: Untuk semua makhluk, bagi orang beriman rahmatnya berupa hidayah, bagi orang munafiq rahmatnya berupa aman dari diperangi atau dibunuh, adapun bagi orang kafir rahmatnya berupa tidak disegerakannya adzab”.[31]
Adapun rahmat yang khusus kepada orang yang beriman adalah sebagaimana Firman Allah c:

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”.[32]
Allah c berfirman :

وَمِنْهُمُ الَّذِينَ يُؤْذُونَ النَّبِيَّ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَيُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Diantara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: "Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya." Katakanlah: "Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman diantara kamu." Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.[33]

Dalil-dalil dari Hadist tentang keistimewaan Nabi a bahwa Beliau diutus menjadi Rahmat bagi sekalian alam adalah diantaranya :
Abu Hurairah y mengatakan bahwa seseorang berkata kepada Nabi a

يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ قَالَ إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً.
Wahai Rasulullah, do’akanlah untuk orang-orang musyrik agar mereka celaka!' Mendengar itu, Rasulullah a menjawab, "Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat." [34]


Beliau a juga bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ .

Wahai sekalian Manusia sesungguhnya aku hanyalah Rahmat yang dianugerahkan atau dihadiahkan”.[35]

عن جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ a قَالَ إِنَّ لِي أَسْمَاءً أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمَيَّ وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ وَقَدْ سَمَّاهُ اللَّهُ رَءُوفًا رَحِيمًا
“Dari Jubair bin Muth'im y bahwasanya Rasulullah a telah bersabda, "Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad aku adalah Ahmad, aku adalah Al Maahi, yang karena adanya aku, maka Allah menghapus kekufuran, aku adalah Al Haasyir yang di bawah kedua telapak kakiku umat manusia dikumpulkan, dan aku adalah Al Aaqib yang tidak ada nabi sesudahku." Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menamai Rasulullah a sebagai ra'uuf (yang pengasih) dan rahiim (yang penyayang).[36]
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ a يُسَمِّي لَنَا نَفْسَهُ أَسْمَاءً فَقَالَ أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَالْمُقَفِّي وَالْحَاشِرُ وَنَبِيُّ التَّوْبَةِ وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ
Dari Abu Musa Al Asy'ari y dia berkata, "Rasulullah a pernah menyebutkan nama-nama beliau kepada kami dengan sabdanya, 'Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al Muqaffi {Nabi penutup}, Al Haasyir {Nabi pengumpul}, Nabi taubah, dan Nabi rahmah.'' [37]

5.             Penjamin keamanan bagi umat:
Allah c telah memuliakan Nabi-Nya dengan menjadikannya sebagai penjamin keamanan, yaitu keberadaannya menjadi sebab terjaminnya keamanan dan keselamatan bagi umat, berbeda dengan nabi-nabi terdahulu, umat-umatnya disiksa diadzab oleh Allah c dihadapan Nabi-nabi mereka pada masa Nabi mereka berada. Demikian pula aman dalam arti tidak munculnya kesesatan dan penyimpangan atau kebid’ahan selama Nabi a masih ditengah-tengah para sahabatnya.


Allah c berfirman:
وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ وَمَا لَهُمْ أَلاَّ يُعَذِّبَهُمُ اللّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidil Haram.”[38]

Ibnu Abbas p berkata tentang ayat ini :

إنَّ اللَّهَ جَعَلَ فِيْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ أَمَانَيْنِ لاَ يَزَالُوْنَ مَعْصُوْمِيْنَ مُجَارِيْنَ مِنْ قَوَارِعِ اْلعَذَابِ مَا دَامَا بَيْنَ أَظْهُرِهِمْ فَأَمَانٌ قَبَضَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَأَمَانٌ بَقِيَ فِيْكُمْ قَوْلُهُ : وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Sesungguhnya Allah c telah menjadikan untuk umat ini dua (penjamin) keamanan. Dimana selama keduanya ada maka terjagalah umat ini dari disegerakannya adzab yang mendadak, Allah c telah mewafatkan penjamin yang satu (Rasulullah a ) dan tersisa penjamin yang satu lagi pada kalian berupa (istighfar) ini adalah Firman Allah c :” Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”.[39]
Al Imam Al Bukhari dan Muslim n meriwayatkan asbabun nuzul (sebab-sebab turun) Ayat ini:

عن أَنَس بْن مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ أَبُو جَهْلٍ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنْ السَّمَاءِ أَوْ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ فَنَزَلَتْ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ وَمَا لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمْ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنْ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى آخِرِ الْآيَةِ.

Dari Anas bin Malik y bahwasanya ia berkata, "Abu Jahal berkata, 'Ya Allah, jika Al Qur'an ini memang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami batu dari langit atau datangkanlah kepada kami adzab yang pedih.' (Qs. Al Anfaal (8): 32) Lalu turunlah firman Allah, Dan sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab mereka sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah Allah akan mengadzab mereka, sedangkan mereka meminta ampun. Mengapa Allah tidak mengadzab mereka, padahal mereka menghalangi orang untuk mengunjungi Masjidil Haram. (Qs. Al Anfaal (8): 33-34). [40]

Al Iz bin Abdus Salam 5 berkata: 
“Dan diantara kekhususan (keistimewaan) Nabi a, bahwasannya Allah c telah mengutusnya menjadi rahmat bagi segenap alam, dengan tidak disegerakannya adzab kepada orang-orang yang durhaka dari kalangan umatnya, tapi diberi tempo, berbeda dengan umat-umat terdahulu ketika mereka mendustakan (para rasul k ) seketika itu pula mereka diadzab”.[41]

عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْنَا الْمَغْرِبَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ a ثُمَّ قُلْنَا لَوْ جَلَسْنَا حَتَّى نُصَلِّيَ مَعَهُ الْعِشَاءَ قَالَ فَجَلَسْنَا فَخَرَجَ عَلَيْنَا فَقَالَ مَا زِلْتُمْ هَاهُنَا قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّيْنَا مَعَكَ الْمَغْرِبَ ثُمَّ قُلْنَا نَجْلِسُ حَتَّى نُصَلِّيَ مَعَكَ الْعِشَاءَ قَالَ أَحْسَنْتُمْ أَوْ أَصَبْتُمْ قَالَ فَرَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ وَكَانَ كَثِيرًا مِمَّا يَرْفَعُ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَإِذَا ذَهَبَتْ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ وَأَنَا أَمَنَةٌ لِأَصْحَابِي فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِي مَا يُوعَدُونَ وَأَصْحَابِي أَمَنَةٌ لِأُمَّتِي فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِي أَتَى أُمَّتِي مَا يُوعَدُونَ
“Dari Abu Burdah, dari bapaknya, dia berkata, "Kami pernah melaksanakan shalat berjamaah bersama Rasulullah a Kemudian kami berkata, 'Sebaiknya kami duduk bersama Rasulullah a sambil menunggu waktu shalat Isya.' Bapak Abu Burdah berkata, "Kami duduk-duduk di masjid, kemudian Rasulullah a mendatangi kami seraya bertanya, 'Kalian masih di sini?' Kami menjawab, "Benar ya Rasulullah! Kami telah melaksanakan shalat Maghrib berjamaah bersama engkau, oleh karena itu kami memilih untuk duduk-duduk di masjid sambil menunggu shalat Isya berjamaah dengan engkau." Rasulullah pun berkata, "Kalian benar-benar telah melakukan kebaikan." Lalu Rasulullah mengangkat kepalanya ke atas dan berkata, "Bintang-bintang itu merupakan stabilisator langit. Apabila bintang-bintang tersebut hancur, maka langit akan tertimpa apa yang telah dijanjikan. Aku adalah penenteram para sahabatku. Kalau aku sudah tidak ada, maka mereka, para sahabatku, akan tertimpa apa yang telah dijanjikan. Para sahabatku adalah penenteram umatku. Apabila para sahabatku telah tiada, maka umatku pasti akan tertimpa apa yang telah dijanjikan kepada mereka" [42]

Imam an Nawawi 5 berkata :

مَا يُوْعَدُوْنَ مَعْنَاهُ : مِنْ ظُهُوْرِ الْبِدَعِ وَاْلحَوَادِثِ فِيْ الدِّيْنِ وَالْفِتَنِ فِيْهِ وَظُهُوْرِ الرُّوْمِ وَغَيْرِهِمْ عَلَيْهِمْ

“Apa yang telah dijanjikan artinya: Berupa munculnya kebid’ahan dan perkara-perkara yang diada-adakan dalam agama dan munculnya berbagai macam fitnah (akhir zaman) dan kekuasaan orang-orang Romawi atas mereka”.[43]

6.             Allah c bersumpah dengan umur Nabi a:
Didalam Al Qur’an banyak sekali Allah bersumpah dengan makhluk-Nya sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah, bersumpah dengan Matahari, Bulan, Langit, waktu, waktu fajar, waktu Dhuha, malam, siang dan yang lain-lainnya dari makhluk-Nya yang menunjukan agung dan pentingnya makhluk yang Allah c sebut dalam sumpah-Nya. Akan tetapi kita tidak menjumpai Allah bersumpah dengan manusia siapapun, kecuali satu saja yaitu jiwa yang agung lagi mulia, manusia pilihan, Sayyid (penghulu) anak adam, Sayyidul Anbiya Wal Mursalin ia adalah Rasulullah a .
Allah c berfirman:

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
“(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing didalam kemabukan (kesesatan)".[44]

Ibnu Abbas p berkata :

مَا خَلَقَ اللَّهُ وَمَا ذَرَأَ وَمَا بَرَأَ نَفْسًا أَكْرَمَ عَلَيْهِ مِنْ مُحَمَّدٍ صَلَى اللَّهُ عليه وسلم وَمَا سَمِعْتُ اللَّهَ أَقْسَمَ بِحَيَاةِ أَحَدٍ غَيْرِهِ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ يَقُوْلُ : وَحَيَاتِكَ وَ عُمُرِكَ وبَقَائِكَ فِيْ الدُّنْيَا.

“Tidaklah Allah c menciptakan dan menjadikan jiwa (makhluk) yang dimuliakan-Nya daripada nabi Muhammad a . Aku tidak mendengar Allah bersumpah dengan menyebut usia seseorang selain Rasulullah a. Allah c berfirman: Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan), yakni demi hidupmu, demi usiamu dan demi keberadaanmu di dunia.[45]



7.             Tidak dipanggil dengan disebut namanya tapi disebut gelar kenabian dan kerasulannya:
Didalam Al Qur’an, Allah c memanggil Rasulullah a tidak dipanggil dengan namanya tapi gelarnya yaitu Wahai Rasul atau wahai Nabi sebagai bentuk penghormatan dan menunjukan kemuliaan Nabi Muhammad a, adapun Nabi-nabi yang lain dipanggil dengan namanya.
Didalam Al Quran sebutkan Ya Ayyuhan Nabi (wahai Nabi) sebanyak13 kali[46], dan Ya Ayyuhar Rasul (wahai Rasul) sebanyak 2 kali[47].

Allah c berfirman:

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لاَ يَحْزُنكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ

“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya”[48]

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.[49]

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mu'min yang mengikutimu.[50]

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.[51]

Demikianlah Allah c telah memanggil nabi-Nya didalam Al Qur’an dengan menyebut gelarnya. Adapun Nabi-nabi yang lain maka dipanggil dengan namanya.
 Allah c berfirman:

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلاَ مِنْهَا رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ تَقْرَبَا هَـذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الْظَّالِمِينَ

“Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”.[52]

قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلاَمٍ مِّنَّا وَبَركَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِّمَّن مَّعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mu'min) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami."[53]

قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ

“Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (dimasamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur."[54]

وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ  

“Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”[55]

إِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدتُّكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلاً وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالإِنجِيلَ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْراً بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوتَى بِإِذْنِي وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِنْهُمْ إِنْ هَـذَا إِلاَّ سِحْرٌ مُّبِينٌ

“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai 'Isa putra Maryam, ingatlah ni'mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa. Dan (ingatlah) diwaktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) diwaktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata".[56]

Berkata Imam Ibnul Jauzi 5 :

وَلَمَّا ذَكَرَ اسْمَهُ لِلتَّعْرِيْفِ قَرَنَهُ بِذِكْرِ الرِّسَالَةِ
“Dan manakala Allah q menyebutkan namanya (Muhammad a ) menggandengkannya dengan gelar kerasulannya (Rasulullah a ).”[57]

Allah c berfirman:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul “.[58]

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia (para sahabat) adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud . Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh diantara mereka ampunan dan pahala yang besar”.[59]

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ

“Dan orang-orang mu'min dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka”.[60]

Bahkan manakala Allah q menyebut Nabi Ibrahim j dengan namanya, Akan tetapi Rasulullah a disebutkan gelarnya dalam rangkaian satu ayat berikut:

إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَـذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَاللّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman”.[61]

8.             Allah c melarang umat Islam memanggil Nabi-Nya a dengan menyebut namanya:
Sebagaimana Allah c memanggil nabi-Nya didalam Al Quran dengan panggilan gelarnya berupa kenabian dan kerasulan sebagai bentuk penghormatan dan memuliakan maka bagi hamba-Nya yang beriman lebih layak lagi untuk beradab kepada nabinya dengan tidak memanngil Nabi dengan namanya langsung. Maka mereka dilarang oleh Allah c memanggil Nabi-Nya dengan memanggil namanya tapi dengan panggilan wahai Rasulullah atau wahai nabiyallah.


Allah c berfirman:

لَا تَجْعَلُوا دُعَاء الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاء بَعْضِكُم بَعْضاً قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمْ لِوَاذاً فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih[62]

 Ibnu Abbas p berkata:

كَانُوْا يَقُوْلُوْنَ : يَا مُحَمَّدُ يَا أَبَا القَاسِمِ فَنَهَاهُمُ اللَّهُ عَنْ ذَلِكَ إِعْظَاماً لِنَبِيِّهِ a وَأَمَرَهُمْ أَنْ يَقُوْلُوْا : يَا نَبِيَّ اللَّهِ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ
“Dahulu mereka memanggil rasulullah a dengan panggilan wahai Muhammad wahai Abul Qosim, lalu Allah q melarang mereka atas yang demikian sebagai bentuk penghormatan untuk Nabi-Nya, dan memerintahkannya untuk memanggil dengan panggilan wahai nabiyullah, wahai Rasulullah.”[63]

      Adapun Umat sebelum Islam mereka memanggil Nabi mereka dengan namanya:

وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُواْ يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ لَئِن كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu".[64]

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْاْ عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَّهُمْ قَالُواْ يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَـهاً كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)"[65].

إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَن يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُواْ اللّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut 'Isa berkata: "Hai 'Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". 'Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman"[66].

Al ‘Izu bin Abdusalam 5 berkata:
“Tidak tersamarkan bagi siapapun bahwasannya seorang Tuan apabila memanggil kepada salah seorang budaknya dengan menyebutkan sifat-sifat terpujinya (misalnya wahai budakku yang baik) sedangkan yang lainnnya dipanggil dengan namanya tanpa menyebutkan sifat-sifat kebaikannya maka ini semua menunjukan bahwa budak yang dipanggil dengan menyebutkan sifat-sifat kebaikannya lebih dekat, lebih dicintainya, lebih mulia disisi Tuannya. Dan ini secara kebiasaanpun diketahinya yang menunjukan penghormatan atau pengagungan apabila memanggil dengan menyebutkan gelar dan sifat-sifat terpuji”.[67]

9.             Perbendaharaan kata yang singkat padat lagi dalam maknanya (Al Kalimul Jaami’):
Allah c telah memuliakan Nabi-Nya dibanding Nabi-nabi yang lainnya dengan Jawami’ul Kalim, yaitu berupa perkataan yang singkat padat lagi dalam maknanya. Jawami’ul Kalim yang Allah c  berikan sebagai Mu’jizat kepada Rasulullah a ada dua bentuk, yang pertama Al Quran dan yang kedua perkataan Nabi a dalam Sunnahnya.[68]

Rasulullah a bersabda:

فُضِّلْتُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ

"Aku diberi enam kelebihan diatas para Nabi; 1 Aku diberi perbendaharaan kata yang singkat padat. 2 Aku diberi kemenangan dengan diberikan rasa takut dalam diri musuh. 3 Dihalalkan untukku harta rampasan perang. 4 Bumi dijadikan untukku sebagai tempat bersujud dan alat bersuci. 5 Aku diutus kepada semua makhluk, dan aku dijadikan sebagai penutup para Nabi." [69]

10.         Musuh gentar dari jarak perjalanan sebulan:
Rasulullah a memiliki keistimewaan dengan ditanamkan rasa gentar dihati musuhnya oleh Allah c dari sejauh jarak perjalanan sebulan, baik ketika berhadapan dengan musuhnya dalam peperangan ataupu ketika berhadapan secara sendirian.[70]

Rasulullah a bersabda:
أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
"Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorangpun dari Nabi-Nabi sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang laki-laki dari ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia, dan aku diberikan (hak) syafa'at".[71]
11.         Ditangannya kunci-kunci perbendaharaan dunia:
Yang dimaksud dengan kunci-kunci perbendaharaan dunia adalah Rasulullah a dan umatnya dimudahkan dalam mencari harta dunia baik melalui pembebasan negeri-negeri orang kafir atau melalui menggali hasil bumi sehingga menikmati berbagai kenikmatan duniawi.
‘Amer bin ‘Auf y berkata :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ a بَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ إِلَى الْبَحْرَيْنِ يَأْتِي بِجِزْيَتِهَا وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ a هُوَ صَالَحَ أَهْلَ الْبَحْرَيْنِ وَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ الْعَلَاءَ بْنَ الْحَضْرَمِيِّ فَقَدِمَ أَبُو عُبَيْدَةَ بِمَالٍ مِنْ الْبَحْرَيْنِ فَسَمِعَتْ الْأَنْصَارُ بِقُدُومِهِ فَوَافَتْهُ صَلَاةَ الصُّبْحِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ a فَلَمَّا انْصَرَفَ تَعَرَّضُوا لَهُ فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللَّهِ a حِينَ رَآهُمْ وَقَالَ أَظُنُّكُمْ سَمِعْتُمْ بِقُدُومِ أَبِي عُبَيْدَةَ وَأَنَّهُ جَاءَ بِشَيْءٍ قَالُوا أَجَلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَأَبْشِرُوا وَأَمِّلُوا مَا يَسُرُّكُمْ فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُلْهِيَكُمْ كَمَا أَلْهَتْهُمْ
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengutus Abu Ubaidah bin Al Jarrah ke Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membuat perjanjian damai dengan penduduk Bahrain, beliau mengangkat Al Ala` bin Al Hadlrami sebagai pemimpin mereka. Lalu Abu 'Ubaidah datang dengan membawa harta dari Bahrain, kaum Anshar pun mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah, lalu mereka shalat shubuh bersama Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam, seusai shalat beliau beranjak pergi, namun mereka menghadang beliau, maka Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam tersenyum saat melihat mereka, setelah itu beliau bersabda: "Aku kira kalian mendengar bahwa Abu 'Ubaidah datang membawa sesuatu." Mereka menjawab: 'Benar, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda: 'Bergembiralah dan berharaplah terhadap sesuatu yang dapat memudahkan kalian, demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa”.[72]

Rasulullah a bersabda :

بُعِثْتُ بِجَوَامِعِ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَبَيْنَا أَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُنِي أُتِيتُ بِمَفَاتِيحِ خَزَائِنِ الْأَرْضِ فَوُضِعَتْ فِي يَدِي قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَقَدْ ذَهَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْتُمْ تَلْغَثُونَهَا أَوْ تَرْغَثُونَهَا أَوْ كَلِمَةً تُشْبِهُهَا

"Aku diutus dengan kalimat singkat yang padat makna, dan aku ditolong dengan rasa takut yang dihunjamkan dalam dada musuh-musuhku, dan ketika aku tidur, aku bermimpi diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi lantas diletakkan di tanganku, " Abu Hurairah berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi (wafat) sedang kalian telah menikmati limpahan kekayaan itu -atau menghisap perbendaharaan bumi itu-atau kalimat-kalimat yang semisal."[73]

12.         Diampuni dosa yang telah lalu ataupun yang akan datang :
Allah c berfirman :
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحاً مُّبِيناً لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطاً مُّسْتَقِيماً
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni'mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus.”[74]

Rasulullah a bersabda dalam Hadits yang diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik y :

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ مَاجَ النَّاسُ بَعْضُهُمْ فِي بَعْضٍ فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِإِبْرَاهِيمَ فَإِنَّهُ خَلِيلُ الرَّحْمَنِ فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُوسَى فَإِنَّهُ كَلِيمُ اللَّهِ فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِعِيسَى فَإِنَّهُ رُوحُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنِ ائْتُوا مُحَمَّدًا عَبْدًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ فَيَأْتُونِي فَأَقُولُ أَنَا لَهَا فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّي فَيُؤْذَنُ لِي وَيُلْهِمُنِي مَحَامِدَ أَحْمَدُهُ بِهَا لَا تَحْضُرُنِي الْآنَ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ وَأَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيَقُولُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ وَسَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي فَيَقُولُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مِنْهَا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ ثُمَّ أَعُودُ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ ثُمَّ أَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ وَسَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي فَيَقُولُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مِنْهَا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ أَوْ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجْهُ فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ ثُمَّ أَعُودُ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ ثُمَّ أَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيَقُولُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ وَسَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي فَيَقُولُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ أَدْنَى أَدْنَى أَدْنَى مِثْقَالِ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجْهُ مِنْ النَّارِ 
"Jika hari kiamat tiba, maka manusia satu sama lain saling bertumpukan. Mereka kemudian mendatangi Adam dan berkata, 'Tolonglah kami agar mendapat syafaat Tuhanmu.' Namun Adam hanya menjawab, 'Aku tak berhak untuk itu, namun datangilah Ibrahim sebab dia adalah khalilurrahman (Kekasih Arrahman).' Lantas mereka mendatangi Ibrahim, namun sayang Ibrahim berkata, 'Aku tak berhak untuk itu, coba datangilah Musa, sebab dia adalah nabi yang diajak bicara oleh Allah (kaliimullah).' Mereka pun mendatangi Musa, namun Musa berkata, 'Saya tidak berhak untuk itu, coba mintalah kepada Isa, sebab ia adalah roh Allah dan kalimah-Nya.' Maka mereka pun mendatang Isa. Namun Isa juga berkata, 'Maaf, aku tak berhak untuk itu, namun cobalah kalian temui Muhammad  hamba yang telah diampuni dosanya baik yang telah lalu atau yang akan datang.' Mereka pun mendatangiku sehingga aku pun berkata: "Aku kemudian meminta ijin Tuhanku dan aku diijinkan, Allah mengilhamiku dengan puji-pujian yang aku pergunakan untuk memanjatkan pujian terhadap-Nya, yang jika puji-pujian itu menghadiriku sekarang, aku tidak melafadkan puji-pujian itu. Aku lalu tersungkur sujud kepada-Nya, lantas Allah berfirman 'Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah engkau akan didengar, mintalah engkau akan diberi, mintalah keringanan engkau akan diberi keringanan.' Maka aku menghiba 'Wahai tuhanku, umatku-umatku.' Allah menjawab, 'Berangkat dan keluarkanlah dari neraka siapa saja yang dalam hatinya masih terdapat sebiji gandum keimanan.' Maka aku mendatangi mereka hingga aku pun memberinya syafaat. Kemudian aku kembali menemui tuhanku dan aku memanjatkan puji-pujian tersebut, kemudian aku tersungkur sujud kepada-Nya, lantas ada suara 'Hai Muhammad, angkatlah kepalamu dan katakanlah engkau akan didengar, dan mintalah engkau akan diberi, dan mintalah syafaat engkau akan diberi syafaat.' Maka aku berkata, 'Umatku, umatku, ' maka Allah berkata, 'Pergi dan keluarkanlah siapa saja yang dalam hatinya masih ada sebiji sawi keimanan, ' maka aku pun pergi dan mengeluarkannya. Kemudian aku kembali memanjatkan puji-pujian itu dan tersungkur sujud kepada-Nya, lantas Allah kembali berkata, 'Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah engkau akan didengar, mintalah engkau akan diberi, dan mintalah syafaat engkau akan diberi syafaat.' Maka aku berkata, 'Wahai tuhanku, umatku, umatku.' Maka Allah berfirman: 'Berangkat dan keluarkanlah siapa saja yang dalam hatinya masih ada iman meskipun jauh lebih kecil daripada sebiji sawi, ' maka aku pun berangkat dan mengeluarkan mereka dari neraka."

Aisyah i menceritakan tentang shalat malam Rasulullah a :

أَنَّ نَبِيَّ اللهِ a كَانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا فَلَمَّا كَثُرَ لَحْمُهُ صَلَّى جَالِسًا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ.

“bahwasanya Nabi a shalat malam sehingga bengkak kedua kaki Beliau a. Lalu Aisyah berkata : Mengapa engkau melakukannya sampai demikian wahai Rasulullah padahal engkau telah diampuni Allah baik yang telah lalu atau yang akan datang?. Lalu Nabi a bersabda : Tidakkah engkau senang kalau aku termasuk hamba yang bersyukur. Maka tatkala Nabi a bertambah berat badannya, beliau shalat sambil duduk, lalu ketika beliau mau ruku’ beliau bangkit kemudian ruku’ dalam kondisi berdiri.”[75]s

13.         Mu’jizat yang kekal berupa Al Quran yang terpelihara :
Allah telah menurunkan Al Quran kepada Rasulullah a sebagai Mu’jizat terbesar dan mu’jizat yang kekal karena Allah c telah menjamin untuk menjaganya.
Allah c berfirman :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.[76]

وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ

“Dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah kitab yang mulia Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji”.[77]

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain." [78]

14.         Dihalalkan harta rampasan perang.
Diantara kekhususan dan keistimewaan Rasulullah a dibandingkan dengan Nabi-nabi yang lain adalah dihalalkannya harta rampasan perang (ghanimah) kepada Rasulullah a dan umatnya. Adapun Umat sebelum kita harta rampasan perang tidak halal bagi mereka.


Allah c berfirman :

لَوْلَا كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَا أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ فَكُلُوا مِمَّا غَنِمْتُمْ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ 
 
“Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [79]

Mayoritas para ahli tafsir mengatakan tentang firman Allah :
لَوْلَا كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ سَبَقَ
“Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah” Adalah yang dimaksud ketetapan dalam Ummul kitab yang pertama bahwa harta rampasan perang halal bagi umat ini (umat islam).[80]


Rasulullah a bersabda :
أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
"Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorangpun dari Nabi-Nabi sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang laki-laki dari ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia, dan aku diberikan (hak) syafa'at".[81]

Adapun umat sebelum kita apabila mereka berjihad lalu mendapatkan harta rampasan perang,  mereka tidak boleh menggunakannya akan tetapi harta ghanimah itu diperintahakan untuk dikumpulkan ditempat terbuka lalu akan ada api yang menyambar dari langit dan itu sebagai tanda kalau jihad mereka diterima (maqbul) disisi Allah, akan tetapi apabila tidak ada api yang menyambar, itulah tanda jihad mereka tidak diterima, penyebabnya karena adanya kecurangan atau prajurit mengambil serta menyembunyikan harta rampasan, yang  akhirnya aib menjadi terbongkar. Rasulullah a bersabda :

غَزَا نَبِيٌّ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ فَقَالَ لِقَوْمِهِ لَا يَتْبَعْنِي رَجُلٌ قَدْ مَلَكَ بُضْعَ امْرَأَةٍ وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يَبْنِيَ بِهَا وَلَمَّا يَبْنِ وَلَا آخَرُ قَدْ بَنَى بُنْيَانًا وَلَمَّا يَرْفَعْ سُقُفَهَا وَلَا آخَرُ قَدْ اشْتَرَى غَنَمًا أَوْ خَلِفَاتٍ وَهُوَ مُنْتَظِرٌ وِلَادَهَا قَالَ فَغَزَا فَأَدْنَى لِلْقَرْيَةِ حِينَ صَلَاةِ الْعَصْرِ أَوْ قَرِيبًا مِنْ ذَلِكَ فَقَالَ لِلشَّمْسِ أَنْتِ مَأْمُورَةٌ وَأَنَا مَأْمُورٌ اللَّهُمَّ احْبِسْهَا عَلَيَّ شَيْئًا فَحُبِسَتْ عَلَيْهِ حَتَّى فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ قَالَ فَجَمَعُوا مَا غَنِمُوا فَأَقْبَلَتْ النَّارُ لِتَأْكُلَهُ فَأَبَتْ أَنْ تَطْعَمَهُ فَقَالَ فِيكُمْ غُلُولٌ فَلْيُبَايِعْنِي مِنْ كُلِّ قَبِيلَةٍ رَجُلٌ فَبَايَعُوهُ فَلَصِقَتْ يَدُ رَجُلٍ بِيَدِهِ فَقَالَ فِيكُمْ الْغُلُولُ فَلْتُبَايِعْنِي قَبِيلَتُكَ فَبَايَعَتْهُ قَالَ فَلَصِقَتْ بِيَدِ رَجُلَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةٍ فَقَالَ فِيكُمْ الْغُلُولُ أَنْتُمْ غَلَلْتُمْ قَالَ فَأَخْرَجُوا لَهُ مِثْلَ رَأْسِ بَقَرَةٍ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ فَوَضَعُوهُ فِي الْمَالِ وَهُوَ بِالصَّعِيدِ فَأَقْبَلَتْ النَّارُ فَأَكَلَتْهُ فَلَمْ تَحِلَّ الْغَنَائِمُ لِأَحَدٍ مِنْ قَبْلِنَا ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى رَأَى ضَعْفَنَا وَعَجْزَنَا فَطَيَّبَهَا لَنَا

“Seorang nabi utusan Allah (Yosya' bin Nun) pernah berperang. Setelah itu ia berkata kepada kaumnya, 'Hai kaumku, jangan ada seseorang yang telah mempunyai istri dan ia ingin menggauli istrinya, tetapi ia belum sempat melakukannya, untuk mengikutiku! Jangan pula seseorang yang telah mendirikan sebuah bangunan, namun ia belum sempat menaikkan atapnya, untuk mengikutiku! Serta jangan pula seseorang yang telah membeli seekor kambing atau seekor unta hamil, sementara ia tengah menunggu kelahiran anak ternak tersebut, untuk mengikutiku!' Selanjutnya nabi tersebut berangkat perang. Menjelang waktu Ashar ia telah sampai di sebuah desa. Setelah itu ia pun berkata kepada matahari, 'Hai matahari, kamu diperintah dan aku pun diperintah.' Kemudian ia berdoa dan memohon kepada Allah, 'Ya Allah hentikanlah laju putaran matahari beberapa saat demi kepentingan urusanku!' lalu matahari pun berhenti karena diperintahkan Allah. Setelah mengumpulkan harta rampasan perang, tiba-tiba ada percikan api yang akan membakar harta rampasan perang tersebut. Tetapi tiba-tiba api itu berhenti dan tidak jadi membakarnya. Kemudian Nabi itu bersabda, "Di antara kalian pasti ada orang yang berkhianat. Jadi hendaklah setiap orang (dari suku bangsa manapun ia berasal) segera berbaiat kepadaku." Akhirnya mereka beramai-ramai berbaiat kepadanya dengan menjabat tangannya. Kemudian ia kembali bersabda, 'Di antara kalian pasti ada yang berkhianat. Jadi, hendaklah setiap orang (dari suku bangsa manapun ia berasal) segera berbaiat kepadaku." Kembali mereka beramai-ramai berbaiat kepadanya dengan menjabat tangannya, sampai-sampai ia  merasa kewalahan dengan menjabat dua atau tiga tangan orang sekaligus. Lalu berkata, "Di antara kalian pasti ada orang yang berkhianat. Kalian telah berkhianat." Setelah itu mereka mengeluarkan seonggok emas sebesar kepala sapi dan menyerahkannya kepadanya serta meletakkannya pada tumpukan harta rampasan yang berada di atas tanah. Tak lama kemudian muncullah percikan api yang menghanguskannya. Setelah itu beliau bersabda, 'Harta rampasan perang itu sama sekali tidak dihalalkan bagi seorang pun sebelum kita. Karena Allah Yang Maha Mulia sangat mengetahui kelemahan dan kekurangan kita. Oleh karena itu, Dia menghalalkannya untuk kita”. [82]

15.         Isra’ dan  Mi’raj :
Diantara kekhususan dan keistimewaan Rasulullah a yang sekaligus sebagai mu’jizat yang besar adalah peristiwa Isra’ (melakukan perjalanan malam) dari Masjidil Haram di Makkah Al Mukaramah ke Baitul Maqdis di Palestina  dan mi’raj (naik ke langit hingga ke sidratil muntaha), hingga kembali ke Makkah hanya dalam waktu satu malam, itu semua dilakukan Nabi a dengan ruh dan jasadnya, tidak seperti yang dikatakan sebagian orang bahwa nabi a Isra dan mi’raj hanya ruhnya saja tanpa jasadnya. Sedangkan hikmah peristiwa Isra dan Mi’raj adalah sebagai Mu’jizat dan kado  hiburan terhadap Nabi a atas beberapa peristiwa yang memberatkan dan menyedihkan Nabi a seperti  kematian pamannya Abu Thalib yang setia mendukung, membela dan melindungi Nabi a  . Serta wafatnya isteri tercinta Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuailid, akibatnya semakin beratlah gangguan dan penyiksaan orang-orang musyrikin Kafir Quraisy terhadap Nabi a dan para sahabatnya yang semua itu terjadi pada tahun kesepuluh masa kenabian. Dalam peristiwa Isra Mi’raj ini Rasulullah a dimuliakan dengan beberapa perkara diantaranya : Berbicara dengan Allah a, difardlukan shalat yang lima waktu, melihat banyak tanda-tanda kebesaran Allah c dan mengimami para Nabi dan rasul k. Isra dan Mi’raj telah ditetapkan berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah secara Mutawatir

Allah c barfirman :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.[83]


Allah c berfirman :

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,(yaitu) di Sidratil Muntaha”.[84]

Rasulullah a bersabda :
أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ قَالَ فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ قَالَ فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ قَالَ ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ j بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ جِبْرِيلُ j اخْتَرْتَ الْفِطْرَةَ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ j فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ فَرَحَّبَ بِي وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ j فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِابْنَيْ الْخَالَةِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَيَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّاءَ k فَرَحَّبَا وَدَعَوَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ a قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ j إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ j قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قَالَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِدْرِيسَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ j قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِهَارُونَ j فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ j قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى j فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ j فَقِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ j مُسْنِدًا ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلَالِ قَالَ فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِيَ تَغَيَّرَتْ فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيَّ مَا أَوْحَى فَفَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ صَلَاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَنَزَلْتُ إِلَى مُوسَى j فَقَالَ مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ خَمْسِينَ صَلَاةً قَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَخَبَرْتُهُمْ قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي فَقُلْتُ يَا رَبِّ خَفِّفْ عَلَى أُمَّتِي فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقُلْتُ حَطَّ عَنِّي خَمْسًا قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ قَالَ فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَبَيْنَ مُوسَى j حَتَّى قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لِكُلِّ صَلَاةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلَاةً وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً قَالَ فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى j فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ a فَقُلْتُ قَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ

"Telah didatangkan kepadaku Buraq (oleh Jibril j) yaitu hewan putih tinggi, yang lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari kuda, yang bisa meletakkan kakinya sejauh pandangannya." Beliau berkata, "Maka aku menaikinya hingga aku sampai di Baitul Maqdis, lalu aku turun mengikatnya dengan tali yang biasa dipakai oleh para nabi." Beliau berkata, "Kemudian aku masuk ke masjid Aqsha lalu aku shalat dua rakaat di situ, kemudian aku keluar. Kemudian Jibril j membawakanku satu wadah khamer dan satu gelas susu, maka aku memilih susu, lalu Jibril berkata kepadaku, "Engkau telah memilih kesucian" Kata beliau, "Kemudian Buraq tersebut bersamaku naik ke langit, maka Jibril meminta agar dibukakan pintu langit lalu ia ditanya, "Siapa kamu? " Jibril menjawab, "Jibril. " Ia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu? " Ia menjawab, "Muhammad. " Ia ditanya lagi, "Apakah dia telah diutus?" Ia menjawab, "Dia telah diutus." Kamipun dibukakan pintu lalu aku bertemu Adam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku." Kemudian buraq tersebut naik bersama kami ke langit kedua, maka Jibril j mohon dibukakan pintu, lalu ditanya, "Siapa kamu?" Dia menjawab, "Jibril" Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad" Dia ditanya lagi, "Apakah dia telah diutus kepada-Nya? " Dia menjawab, "Dia telah diutus." Kata Nabi, Maka kami dibukakan pintu lalu aku bertemu dengan dua orang sepupuku, yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria 'alaihissalam, maka keduanya menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. "Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit tiga, maka Jibril 'alaihissalam mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa kamu?" Dia menjawab, "Jibril" Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad." Dia ditanya lagi, "Apakah dia telah diutus kepada-Nya?" Dia menjawab, "Dia telah diutus kepada-Nya ." Kata Nabi, "Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Yusuf 'alaihissalam, yang telah dianugerahi setengah dari ketampanan orang sejagat.” Kata Nabi, "Maka Yusuf menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku." Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit yang ke empat, maka Jibril 'alaihissalam mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa kamu?" Dia menjawab, "Jibril." Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?." Dia menjawab, "Muhammad." Dia ditanya lagi, "Apakah dia telah diutus kepada-Nya?" Dia menjawab, "Dia telah diutus kepada-Nya." Kata Nabi, "Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu Idris, dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku." Allah Azza wa Jalla telah berfirman (untuknya), "Dan kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi." Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kelima, maka Jibril 'alaihissalam mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa kamu?" Dia menjawab, "Jibril." Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu? " Dia menjawab, "Muhammad." Dia ditanya lagi, "Apakah dia telah diutus kepada-Nya " Dia menjawab, "Dia telah diutus kepada-Nya." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "'Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Harun 'alaihissalam, dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku." Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ke enam, maka Jibril 'alaihissalam mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa kamu?" Dia menjawab, "Jibril." Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu? " Dia menjawab, "Muhammad." Dia ditanya lagi, "Apakah dia telah diutus kepada-Nya " Dia menjawab, "Dia telah diutus kepada-Nya" Kata Nabi, "Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Musa 'alaihissalam, lalu dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku." Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit yang ke tujuh, maka Jibril 'alaihissalam mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa kamu?" Dia menjawab, "Jibril." Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad." Dia ditanya lagi, "Apakah dia telah diutus kepada-Nya?" Dia menjawab, "Dia telah diutus kepada-Nya." Kata Nabi, "Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Ibrahim 'alaihissalam yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul Makmur, yang mana setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak masuk lagi sesudahnya (yakni 70.000 malaikat yang masuk Al Baitul Ma 'mur setiap harinya selalu pendatang baru)." Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke Sidratul-Muntaha yang (lebar) dedaunannya seperti telinga gajah dan (besar) buah-buahannya seperti tempayan besar Kata Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Tatkala perintah Allah memenuhi Sidratul Muntaha, maka Sidratul Muntaha berubah dan tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. Maka Allah c memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku shalat lima puluh kali dalam sehari semalam. Kemudian aku turun dan bertemu Musa 'alaihissalam, lalu ia bertanya, "Apa yang diwajibkan Tuhanmu terhadap umatmu?" Aku menjawab, "Shalat Lima puluh kali. " Dia berkata, "Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguh aku telah menguji Bani Israil dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka. " Kata Nabi, "Aku akan kembali kepada Tuhanku lalu aku memohon, 'Ya Tuhan! Berilah keringanan kepada umatku!' Maka aku diberi keringanan lima kali Shalat. Lalu aku kembali kepada Musa 'alaihissalam kemudian aku berkata padanya, "Allah telah memberiku keringanan (hanya) lima kali." Musa mengatakan, "Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan. " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Aku terus mondar-mandir antara Tuhanku dengan Musa 'alaihissalam sehingga Tuhanku mengatakan, "Hai Muhammad! Sesungguhnya kewajiban shalat itu lima kali dalam sehari semalam, tiap shalat mendapat pahala sepuluh kali lipat, maka lima kali shalat sama dengan lima puluh kali shalat. Barang siapa berniat melakukan satu kebaikan, lalu ia tidak melaksanakannya maka dicatat untuknya satu kebaikan, dan kalau ia melaksanakannya maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan. Barang siapa berniat melakukan satu kejelekan namun ia tidak melaksanakan-nya, maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali, dan jika ia melaksanakannya maka hanya dicatat satu kejelekan." Kata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Kemudian aku turun hingga bertemu Musa 'alaihissalam, lalu aku beritahukan kepadanya, maka dia mengatakan, 'Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan lagi.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Lalu aku menjawab, 'Aku telah berulang kali kembali kepada tuhanku sehingga aku merasa malu kepada-Nya." [85]

Adapun dalil tentang shalatnya Rasulullah a di Baitul Maqdis mengimami para Nabi k adalah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ y قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ a لَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي الْحِجْرِ وَقُرَيْشٌ تَسْأَلُنِي عَنْ مَسْرَايَ فَسَأَلَتْنِي عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ لَمْ أُثْبِتْهَا فَكُرِبْتُ كُرْبَةً مَا كُرِبْتُ مِثْلَهُ قَطُّ قَالَ فَرَفَعَهُ اللَّهُ لِي أَنْظُرُ إِلَيْهِ مَا يَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا أَنْبَأْتُهُمْ بِهِ وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ فَإِذَا مُوسَى قَائِمٌ يُصَلِّي فَإِذَا رَجُلٌ ضَرْبٌ جَعْدٌ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ وَإِذَا عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَقْرَبُ النَّاسِ بِهِ شَبَهًا عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ وَإِذَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَشْبَهُ النَّاسِ بِهِ صَاحِبُكُمْ يَعْنِي نَفْسَهُ فَحَانَتْ الصَّلَاةُ فَأَمَمْتُهُمْ فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ الصَّلَاةِ قَالَ قَائِلٌ يَا مُحَمَّدُ هَذَا مَالِكٌ صَاحِبُ النَّارِ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَبَدَأَنِي بِالسَّلَامِ

Dari Abu Hurairah y dia berkata, "Rasulullah a bersabda, 'Sungguh aku pernah berada di dekat Hijr Ismail dan orang-orang Quraisy bertanya kepadaku tentang (perjalanan) israku. Mereka bertanya kepadaku tentang hal-hal yang berkaitan dengan Baitul Maqdis yang aku tidak mengetahuinya secara pasti, tiba-tiba aku merasa bingung yang tidak pernah aku rasakan. Nabi a berkata, "Maka Allah mengangkat Baitul Maqdis ke dekatku lalu aku melihatnya. (Hingga) Tidak ada pertanyaan yang mereka lontarkan kepadaku kecuali aku dapat menjawabnya." Sungguh aku pernah berada di jamaah para Nabi. Tiba-tiba di situ ada Musa j berdiri melakukan shalat. Dia adalah seorang laki-laki yang berperawakan tinggi langsing dan berambut keriting sepertinya dia dari kaum Syanuah. Di situ terdapat pula Isa bin Maryam j berdiri melakukan shalat, dan orang yang paling mirip dengannya adalah 'Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim j berdiri melakukan shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah teman kalian (yakni diri Rasulullah a sendiri). Kemudian tibalah waktu shalat, lalu aku menjadi imam mereka. Tatkala aku selesai shalat, seseorang berkata kepadaku, "Hai Muhammad! Ini adalah malaikat Malik, penjaga neraka, maka ucapkan salam kepadanya." Lalu aku menoleh kepadanya kemudian dia mendahuluiku mengucapkan salam." [86]


KEKHUSUSAN DIAKHIRAT
Kekhususan Rasulullah a diakhirat artinya keistimewaan Rasulullah a dibandingkan dengan para nabi yang lain ketika nanti pada hari kiamat. Diantara keistimewaannya adalah :

1.             Al Wasilah dan Al Fadhilah :
Al Wasilah yang dimaksud adalah derajat yang paling tinggi di Surga yang tidak bisa dicapai kecuali oleh seorang hamba diantara hamba Allah, dan Ia adalah Rasulullah a,,,.Adapun Al fadhilah artinya Tingkatan yang lebih tinggi (Al Martabatuz Zaidah) dibandingkan makhluk-makhluk yang lain .
Derajat Surga tertinggi adalah Al Wasilah, dinamakan Al Wasilah karena secara bahasa  al wasilah artinya al Qurbu yang bermakna dekat, demikian pula kedudukan Nabi a disurga dinamakan Al Wasilah karena kedekatannya kepada ‘Arasy Allah c .

Allah c berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan[87].

Al Wasilah dalam ayat ini maksudnya :

أَيِّ تَقَرَّبُوْا إِلَيْهِ بِطَاعَتِهِ وَاْلعَمَلَ بِمَا يُرْضِيْهِ
“Yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan dan amal shaleh yang diridhai-Nya”.


Al Imam Ibnu Katsir 5 mengatakan :

الوَسِيْلَةُ هِيَ عَلَمٌ عَلَى أَعْلَى مَنْزِلَةٍ فِيْ الْجَنَّةِ وَهِيَ مَنْزِلَةُ رَسُوْلِ اللَّهِ وَدَارُهُ فِيْ الْجَنَّةِ وَهِيَ أَقْرَبُ أَمْكِنَةِ الْجَنَّةِ إِلَى الْعَرْشِ

“Al Washilah adalah kedudukan atau derajat surga yang paling tinggi, ia adalah kedudukannya Rasulullah a dan tempat tinggalnya di surga dan tempat yang paling dekat dengan Arasy-Nya. “.[88]
Adapun makna al-Fadhilah, telah berkata Imam Ibnu Hajar 5 :  
اَلْفَضِيْلَةُ هِيَ الْمَرْتَبَةُ الزَّائِدَةُ عَلَى سَائِرِ الْخَلَائِقِ وَيُحْتَمَلُ أنْ تَكُوْنَ مَنْزِلَةً أُخْرَىْ أَوْ تَفْسِيْرًا لِلْوَسِيْلَةِ

“Al Fadhilah adalah Tingkatan tertinggi atas seluruh makhluk atau adanya kemungkinan bermakna kedudukan yang lain (disurga), atau ia adalah tafsiran dari al washilah”.[89]


Jabir bin Abdullah y meriwayatkan bahwasanya Rasulullah a bersabda :

مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Barangsiapa membaca do’a setelah mendengar adzan: ALLAHUMMA RABBA HAADZIHID DA'WATIT TAMMAH WASHSHALAATIL QAA'IMAH. AATI MUHAMMADANIL WASIILATA WALFADLIILAH WAB'ATSHU MAQAAMAM MAHMUUDANIL LADZII WA'ADTAH (Ya Allah. Rabb Pemilik seruan yang sempurna ini, dan Pemilik shalat yang akan didirikan ini, berikanlah wasilah (perantara) dan keutamaan kepada Muhammad. Bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji sebagaimana Engkau telah jannjikan'. Maka ia berhak mendapatkan syafa'atku pada hari kiamat."[90]


Abdullah bin ‘Amer bin Al ‘Ash y juga meriwayatkan bahwasannya Nabi a bersabda :
إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
"Apabila kamu sekalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya, kemudian bacalah shalawat kepadaku. Karena barangsiapa membaca shalawat untukku satu kali, maka Allah membalasnya dengan sepuluh shalawat. Lalu mintakanlah kepada Allah Wasilah untukku. Wasilah adalah sebuah kedudukan di surga yang tidak layak kecuali bagi hamba Allah, dan aku berharap agar aku adalah hamba Allah tersebut. Barangsiapa memintakan wasilah kepada Allah untukku, maka dia berhak mendapatkan syafaat" [91]


Abu Sa’id Al Khudriyi y berkata :  Rasulullah a bersabda :

الوَسِيْلَةُ دَرَجَةٌ عِنْدَ اللَّهِ لَيْسَ فَوْقَهَا دَرَجَةً فَسَلُوْا اللَّهَ أَنْ يُؤْتِيَنِي الوَسِيْلَةَ
“Alwashilah adalah derajat tertinggi disisi Allah q tidak ada derajat lagi diatasnya maka mintakanlah kepada Allah untukku alwashilah.” [92]

Ibnu Abbas p berkata : Rasulullah a bersabda : 
سَلُوْا اللَّهَ لِيَ الوَسِيْلَةَ فَإِنَّهُ لَا يَسْأَلُهَا لِيْ عَبْدٌ فِيْ الدُّنْيَا إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَاهِداً أَوْ شَافِيْعاً يَوْمَ القِيَامَةِ
“Mintakanlah kepada Allah untukku alwashilah karena sesungguhnya tidak ada seorang hambapun yang memintakan kepada Allah untuk alwashilah melainkan aku akan memberi persaksian dan syafa’atnya pada hari kiamat.” [93]


Ubadah bin As Shamit y berkata telah bersabda Rasulullah a :

إنَّ اللَّهَ رَفَعَنِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ فِيْ أَعْلَى غُرْفَةٍ مِنْ جَنَّاتٍ النَّعِيْمِ لَيْسَ فَوْقِيْ إِلاَّ حَمْلَةُ العَرْشِ

“Sesungguhnya Allah q mengangkat (kedudukan) ku ruangan yang paling tinggi dari Surga yang penuh kenikmatan (Jannatun Na’im) tidak ada diatasku kecuali Malaikat pemikul Arasy”[94]

2.             Al Maqam Al Mahmud (kedudukan yang terpuji) :

Pada hari kiamat kelak Rasulullah a memiliki kehormatan dan kemuliaan yang tidak dimiliki oleh para nabi yang lain diantaranya adalah al-Maqam al-Mahmud yaitu Pujian-pujian dari Allah c kemudian dari seluruh makhluk.


Allah c berfirman :


وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَّحْمُوداً

“Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”[95]

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ المَقَامُ المَحْمُوْدُ : مَقَامُ الشَّفَاعَةِ

“Ibnu Abbas y berkata : al-Maqamul Mahmud adalah Maqam Syafa’at.”[96]

عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ p قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ a : إِنَّ الشَّمْسَ تَدْنُو يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَبْلُغَ الْعَرَقُ نِصْفَ الْأُذُنِ فَبَيْنَا هُمْ كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوا بِآدَمَ ثُمَّ بِمُوسَى ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ a فَيَشْفَعُ لِيُقْضَى بَيْنَ الْخَلْقِ فَيَمْشِي حَتَّى يَأْخُذَ بِحَلْقَةِ الْبَابِ فَيَوْمَئِذٍ يَبْعَثُهُ اللَّهُ مَقَامًا مَحْمُودًا يَحْمَدُهُ أَهْلُ الْجَمْعِ كُلُّهُمْ

'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Matahari akan didekatkan pada hari qiyamat hingga keringat akan mencapai ketinggian setengah telinga. Karena kondisi mereka seperti itu, maka orang-orang memohon bantuan (do'a) kepada nabi Adam, Musa, kemudian Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam". Maka Beliau memberi syafa'at untuk memutuskan perkara diantara manusia hingga akhirnya Beliau mengambil tali pintu (surga). Dan pada hari itulah Allah menempatkan Beliau pada kedudukan yang terpuji yang dipuji oleh seluruh makhluq yang berkumpul". [97]

Ibnu Umar y berkata :

إِنَّ النَّاسَ يَصِيرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جُثًا كُلُّ أُمَّةٍ تَتْبَعُ نَبِيَّهَا يَقُولُونَ يَا فُلَانُ اشْفَعْ يَا فُلَانُ اشْفَعْ حَتَّى تَنْتَهِيَ الشَّفَاعَةُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَلِكَ يَوْمَ يَبْعَثُهُ اللَّهُ الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ
Sesungguhnya pada hari kiamat kelak manusia akan berjalan secara berjkelompok(bergerombol). Setiap umat akan mengikuti nabinya hingga mereka saling berkata; 'Ya Fulan, berilah aku syafa'at. ya fulan, berilah aku syafa'at.' Sampai akhirnya mereka mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Itulah hari ketika Allah membangkitkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada kedudukan yang terpuji.”[98]

3.             Syafa’at ‘Udzma (Syafa’at yang Agung) dan Syafa’at-syafa’at yang lainnya :

Syafa’at ‘Udzma adalah Syafa’at yang dikhususkan kapada Nabi a untuk semua penduduk padang mahsyar pada hari kiamat agar Allah Rabbul ‘Alamin menyegerakan hisab dan keputusan bagi para hamba-Nya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  yأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ  a أُتِيَ بِلَحْمٍ فَرُفِعَ إِلَيْهِ الذِّرَاعُ وَكَانَتْ تُعْجِبُهُ فَنَهَشَ مِنْهَا نَهْشَةً ثُمَّ قَالَ أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهَلْ تَدْرُونَ مِمَّ ذَلِكَ يَجْمَعُ اللَّهُ النَّاسَ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ يُسْمِعُهُمْ الدَّاعِي وَيَنْفُذُهُمْ الْبَصَرُ وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنْ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا لَا يُطِيقُونَ وَلَا يَحْتَمِلُونَ فَيَقُولُ النَّاسُ أَلَا تَرَوْنَ مَا قَدْ بَلَغَكُمْ أَلَا تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ عَلَيْكُمْ بِآدَمَ فَيَأْتُونَ آدَمَ  jفَيَقُولُونَ لَهُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ آدَمُ إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ نَهَانِي عَنْ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ إِنَّكَ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ فَيَقُولُ إِنَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُهَا عَلَى قَوْمِي نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ يَا إِبْرَاهِيمُ أَنْتَ نَبِيُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ فَيَقُولُ لَهُمْ إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّي قَدْ كُنْتُ كَذَبْتُ ثَلَاثَ كَذِبَاتٍ فَذَكَرَهُنَّ أَبُو حَيَّانَ فِي الْحَدِيثِ نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُونَ يَا مُوسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ فَضَّلَكَ اللَّهُ بِرِسَالَتِهِ وَبِكَلَامِهِ عَلَى النَّاسِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ فَيَقُولُ إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّي قَدْ قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ أُومَرْ بِقَتْلِهَا نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُونَ يَا عِيسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ فَيَقُولُ عِيسَى إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ قَطُّ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَلَمْ يَذْكُرْ ذَنْبًا نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ فَيَأْتُونَ مُحَمَّدًا فَيَقُولُونَ يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتِمُ الْأَنْبِيَاءِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ فَأَنْطَلِقُ فَآتِي تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّي عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئًا لَمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ قَبْلِي ثُمَّ يُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَقُولُ أُمَّتِي يَا رَبِّ أُمَّتِي يَا رَبِّ أُمَّتِي يَا رَبِّ فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنْ الْبَابِ الْأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنْ الْأَبْوَابِ ثُمَّ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ مَا بَيْنَ الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَحِمْيَرَ أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam diberi sepotong daging maka beliau pun mengangkat lengannya, dan beliau menyukai daging itu, hingga beliau menggigitnya. Setelah itu beliau bersabda: "Aku pemimpin manusia pada hari kiamat, tahukah kalian kenapa? Allah akan mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga yang akhir dalam satu tanah lapang, seorang penyeru akan menyeru mereka, pandangan menembus mereka dan matahari mendekat, duka dan kesusahan manusia sampai pada batas yang tidak mampu mereka pikul. Orang-orang saling berkata satu sama lain: Apa kalian tidak melihat yang telah menimpa kalian, apakah kalian tidak melihat siapa yang memberi kalian syafaat kepada Rabb kalian. Orang-orang saling berkata satu sama lain: Hendaklah kalian menemui Adam. Mereka menemui Adam lalu berkata: Engkau adalah bapak seluruh manusia, Allah menciptakanmu dengan tanganNya, meniupkan ruh-Nya padamu dan memerintahkan para malaikat lalu mereka sujud padamu, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Adam berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu Ia melarangku mendekati pohon tapi aku durhaka. Oh diriku, Oh diriku, Oh diriku. Pergilah pada selainku, pergilah ke Nuh. Mereka mendatangi Nuh lalu berkata: Hai Nuh, engkau adalah rasul pertama untuk penduduk bumi, Allah menyebutmu hamba yang sangat bersyukur, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Nuh berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu aku pernah berdoa keburukan untuk kaumku, Oh diriku, Oh diriku, Oh diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke Ibrahim. Mereka mendatangi Ibrahim lalu berkata: Wahai Ibrahim, engkau nabi Allah dan kekasihNya dari penduduk bumi, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Ibrahim berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu aku pernah bedusta tiga kali -Abu Hayyan menyebut ketiga-tiganya dalam hadits ini- oh diriku, diriku, diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke Musa. Mereka menemui Musa lalu berkata: Wahai Musa, engkau utusan Allah, Allah melebihkanmu dengan risalah dan kalamNya atas seluruh manusia, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Musa berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu aku pernah membunuh jiwa padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya, oh diriku, diriku, diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke 'Isa. Mereka mendatangi 'Isa lalu berkata: Hai 'Isa, engkau adalah utusan Allah, kalimatNya yang disampaikan ke maryam, ruh dariNya, engkau berbicara pada manusia saat masih berada dalam buaian, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Isa berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, namun ia tidak menyebut dosanya, oh diriku, diriku, diriku, pergilah ke selainku, pergilah ke Muhammad. Mereka mendatangi Muhammad lalu berkata: Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, penutup para nabi, dosamu yang telah lalu dan yang kemudian telah diampuni, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami. Lalu aku pergi hingga sampai di bawah 'arsy, aku tersungkur sujud pada Rabbku lalu Allah memulai dengan pujian dan sanjungan untukku yang belum pernah disampaikan pada seorang pun sebelumku, kemudian dikatakan: Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti kau diberi, berilah syafaat nicaya kau diizinkan untuk memberi syafaat. Maka aku mengangkat kepalaku, aku berkata: Wahai Rabb, ummatku, wahai Rabb, ummatku, wahai Rabb, ummatku. Ia berkata: Hai Muhammad, masukkan orang yang tidak dihisab dari ummatmu melalui pintu-pintu surga sebelah kanan dan mereka adalah sekutu semua manusia selain pintu-pintu itu." Setelah itu beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, jarak antara dua daun pintu-pintu surga seperti jarak antara Makkah dan Himyar atau seperti jarak antara Makkah dan Bushra (syam)."[99]

Adapun Syafa’at Rasulullah a lainnya yang khusus dimiliki Beliau a berkat idzin Allah c adalah diantaranya:

·                Membuka pintu surga.
Anas bin Malik y meriwayatkan bahwasannya Rasulullah a bersabda:
آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ
Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu aku memohon untuk dibukakan, kemudian penjaga pintu surga bertanya, 'Siapa kamu?” Aku menjawab, "Muhammad'. Penjaga pintu surga berkata, "Aku diperintahkan untuk membukakan pintu untukmu dan aku tidak membuka untuk orang sebelummu.'' [100]

·                Syafa’at Rasulullah a terhadap Abu Thalib yang kekal di neraka agar diringankan adzabnya bukan supaya dikeluarkan dari neraka, karena Abu Thalib mati diatas kekafiran.

Dalilnya :
عَنْ ابْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ أَبَا طَالِبٍ لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ دَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ a وَعِنْدَهُ أَبُو جَهْلٍ فَقَالَ أَيْ عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ تَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَالَا يُكَلِّمَانِهِ حَتَّى قَالَ آخِرَ شَيْءٍ كَلَّمَهُمْ بِهِ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ النَّبِيُّ a لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْهُ فَنَزَلَتْ  مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ  وَنَزَلَتْ  إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ
 
"Dari Ibnu Al Musayyab dari bapaknya bahwa ketika menjelang wafatnya Abu Thalib, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuinya sementara di sampingnya ada Abu Jahal. Beliau berkata: "Wahai pamanku, katakanlah laa ilaaha illallah. Suatu kalimat yang akan aku pergunakan untuk menyelamatkan engkau di sisi Allah". Maka berkata Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah; "Wahai Abu Thalib, apakah kamu akan meninggalkan agama 'Abdul Muthallib?". Keduanya terus saja mengajak Abu Thalib berbicara hingga kalimat terakhir yang diucapkannya kepada mereka adalah dia tetap mengikuti agama 'Abdul Muthallib. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku akan tetap memintakan ampun untukmu selama aku tidak dilarang". Maka turunlah firman Allah Ta'ala dalam QS AT-Taubah ayat 113 yang artinya: ("Tidak patut bagi Nabi dan orang-orang beriman untuk memohonkan ampun bagi orang-orang musyrik sekalipun mereka itu adalah kerabat-kerabat mereka setelah jelas bagi mereka (kaum mu'minin) bahwa mereka adalah penghuni neraka jahim.."). Dan turun pula firman Allah Ta'ala dalam QS al Qashsash ayat 56 yang artinya: ("Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai...")[101]

Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib y bertanya kepada Rasulullah a :

يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَفَعْتَ أَبَا طَالِبٍ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغْضَبُ لَكَ قَالَ نَعَمْ هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ وَلَوْلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنْ النَّارِ

Wahai Rasulullah! Apakah engkau dapat menolong Abu Thalib, sebab ia pernah melindungimu dan mengasuhmu?" Rasulullah a menjawab, 'Ya, dia berada di pelataran neraka yang paling dangkal, seandainya kalau bukan karena aku tentu dia berada di neraka yang paling dalam" [102]
Tentang Ringannya Siksa Abu Thalib, Rasulullah a bersabda:
أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ
"Penghuni neraka yang paling ringan siksaannya adalah Abu Thalib, Ia memakai sepasang sandal yang bisa membuat otaknya mendidih." [103]

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ a إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ لَهُ نَعْلَانِ وَشِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ كَمَا يَغْلِ الْمِرْجَلُ مَا يَرَى أَنَّ أَحَدًا أَشَدُّ مِنْهُ عَذَابًا وَإِنَّهُ لَأَهْوَنُهُمْ عَذَابًا.

Dari An-Nu'man bin Basyir y dia berkata, "Rasulullah a telah bersabda, 'Sesungguhnya siksa penghuni neraka yang paling ringan adalah seseorang yang dipakaikan sepasang terompah yang terbuat dari api hingga otaknya mendidih sebagaimana mendidihnya air yang sedang direbus. Pada saat itu, orang tersebut mengira bahwasanya dialah orang yang mendapat siksaan yang paling pedih, padahal ia adalah penghuni neraka yang paling ringan siksanya.'' (Muslim 1/135: 1987)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍy  أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ a قَالَ أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ
Dari Ibnu Abbas y bahwasanya Rasulullah a bersabda, "Penghuni neraka yang paling ringan siksaannya adalah Abu Thalib, Ia memakai sepasang sandal yang bisa membuat otaknya mendidih." (Muslim 1/135: 100)

4.             Do’a Mustajab diakhirat:
Diantara bentuk kasih sayang Nabi a kepada umatnya adalah seperti yang disebutkan dalam hadits dibawah ini, dan ini termasuk salah satu dari keistimewaan Rasulullah a di akhirat yang tidak dimiliki oleh Nabi-nabi yang lain:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَy  قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ a لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
"Dari Abu Hurairah y, bahwasanya Rasulullah a. bersabda 'Setiap nabi memiliki doa mustajab, setiap nabi telah menggunakan do'a tersebut namun aku menyimpan doa itu untuk memberikan syafaat bagi umatku pada hari kiamat. Syafa'at tersebut insya Alah akan sampai kepada ummatku yang mati tanpa menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun[104]

Dan akhirnya shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya dan semua yang mengikuti beliau dengan baik sampai hari kiamat.

********



Ditulis di Ponpes As-Sunnah Pasuruan
Diselesaikan Menjelang Fajar menyingsing
Di Nagara kembang, Cingambul, Majalengka
Hari Sabtu, Tanggal 24 Rajab 1435 H
Bertepatan Tanggal 24 Mei 2014 M

Yang senantiasa mendambakan ampunan Rabb nya
Abu Ghozie As-Sundawie

AL MARAJI’

1.        Al Qur’anul Karim dan terjemahannya, Depag RI
2.        Al Fushul Fikhtishari Siratir Rasul, Ibnu Katsir.
3.        Al Minhaj Syarah Shahih Muslim, An Nawawi.
4.        Al Mu’jam Al Mufahrasy li alfadzil Quranil Karim, Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, cet Darul Hadits th1422H/2001M.
5.        Al Khasaaisul Kubra, As Suyuthi.
6.        Al Wafa Fi Ahwalil Musthafa, Ibnul Jauzi.
7.        As Syifa bita’rifi huquqil mushthafa, Al-Qadli ‘Iyadh
8.        At Targhib Wat Tarhib, Al Mundziri, Baitul Afkar.
9.        Bidayatus Suul fi Tafdhilir Rasul, Al ‘Iz bin Abdus Salam, Beirut.
10.    Fathul Bari syarah Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqalani.
11.    Ghoyatus Suul Fi khasaaisir Rasul, Ibnu Mulaqin, Beirut th 1414H
12.    Mausu’ah Nadhratun Na’im Fi Makarimil Akhlaqi Rasulil Karim, Shaleh Abdullah Humaid dan Abdurahman Al Mulawih, cet Darul Washilah th 1418H,Jeddah KSA.
13.    Musnad Ahmad bin Hanbal.
14.    Shahih Bukhari.
15.    Shahih Muslim.
16.    Sunan Abu Dawud.
17.    Sunan Tirmidzi.
18.    Sunan An Nasaa’i.
19.    Sunan Ibnu Majah.
20.    Sunan Ad Darimi.
21.    Tafsir Al Quranul ‘Adzim, Al Imam Ibnu Katsir, cet II Darul Ma’rifah, Beirut th 1987M.


[1] QS. Ali-‘Imran : 102.
[2] QS. An-Nisa’ : 1.
[3] QS. Al-Ahzab : 70 - 71.
[4] QS Al Baqarah : 253.
[5] Ada perbedaan Pendapat dikalangan para Ulama tentang siapa para Rasul yang termasuk Ulul ‘Azmi pendapat yang masyhur : Nuh, Isa, Musa, Ibrahim dan Muhammad k.
[6] QS Ali Imran : 81.
[7] Tafsir Ibnu katsir 1/386.
[8] HR Ahmad 3/387, Ad Darimi : 441.
[9] Tafsir Ibnu Katsir 1/386.
[10] QS Saba : 28.
[11] QS al Anbiya’ : 108.
[12] QS al A’raf : 158.
[13] HR Bukhari : 419, Muslim : 521.
[14] Bidayatus Saul fi tafdhilir Rasul : 46.
[15] QS al A’raf : 59.
[16] QS al A’raf : 65.
[17] QS al A’raf : 73.
[18] QS al A’raf : 80.
[19] QS al A’raf : 85.
[20] QS al Ahqaf : 29.
[21] HR Muslim : 20, dari sahabat Abu hurairah y
[22] QS Al Ahzab : 40.
[23] HR Muslim 7/64-65:1533.
[24] HR Muslim : 523.
[25] HR Bukhari : 6 : 3532, Muslim : 2354.
[26] HR Muslim : 1842.
[27] HR Muslim 8/189:2032.
[28] Muslim 8/189:2033
[29] QS Al Anbiya’ : 107.
[30] Tafsir ibnu Jarir 17/83, Tafsir Ibnu katsir 3/211.
[31] As Syifa, Al Qadhi Iyad 1/57.
[32] QS At Taubah : 128.
[33] QS At Taubah ; 61.
[34] Muslim 8/24: 1831
[35] HR Hakim , al Mustadrak 1/35 dari Abu Hurairah y.        
[36] Muslim 7/89: 1596
[37] Muslim 7/90: 1597
[38] QS Al Anfal : 33-34.
[39] Tafsir Ibnu Jarir 9/154, Tafsir Ibnu Katsir 2/317.
[40] Muslim 8/129-130 : 2150.
[41] Ghoyatus Sual : 65.
[42] Muslim 7/183: 1749
[43] Syarah Muslim 16/83 Hadist no : 391.
[44] QS Al Hijr : 72.
[45] Tafsir Ibnu Katsir 2/575.
[46] al Anfal:64,65,67, at Taubah:73,al Ahzab:1,13,45,50,59,al Mumtahanah:12,at thalaq:1,      at tahrim:1,9.
[47] al Maidah:41,67.
[48] QS Al Maidah : 41.
[49] QS Al Maidah : 67.
[50] QS Al Anfal : 64.
[51] QS Al Ahzab : 59.
[52] QS Al Baqarah : 35.
[53] QS Hud : 48.
[54] QS Al A’raf : 144.
[55] QS As Shafat : 104-105.
[56] QS Al Maidah : 110.
[57] Al Wafa fi ahwalil Musthafa, 363.
[58] QS Ali Imran : 144.
[59] QS Al Fath : 29.
[60] QS Muhammad : 2.
[61] QS Ali Imran : 68.
[62] QS an Nur : 63.
[63] Tafsir ibnu katsir 3/318, tafsir Ibnu jarir Thabari 18/134.
[64] QS al A’raf : 134.
[65] QS al A’raf : 138.
[66] QS Al Maidah : 112.
[67] Bidayatus Suul : 38.
[68] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hanbali.
[69] HR Muslim : 523, dari Abu Hurairah y.
[70] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqalani.
[71] HR Bukhari : 419, Muslim : 521, dari Jabir bin Abdullah y.
[72] HR Bukhari : 5945.
[73] HR Bukhari : 6731, dari Abu Hurairah y.
[74] QS Al Fath :1-2.
[75] HR Muttafaq Alaih
[76] QS Al Hijir : 9.
[77] QS Fushilat : 41-42.
[78] QS Al Isra : 88.
[79] QS Al Anfal : 68-69.
[80] Tafsir Thabari 10/32, Tafsir Ibnu Katsir 2/339.
[81] HR Bukhari : 419, Muslim : 521.
[82] HR Bukhari, Fathul Bari 6 : 3124, Muslim : 1747, Lafadz ini milik Muslim
[83] QS Al Isra : 1.
[84] QS An Najm : 13-14.
[85] HR Muslim : 164, dari Anas bin Malik y.
[86] HR Muslim 1/108-109: 80
[87] QS Al Maidah : 35.
[88] Tafsir Ibnu Katsir 2/55.
[89] Fathul Baari 2/113.
[90] HR Bukhari : 579.
[91] HR Muslim : 200.
[92] HR Ahmad 3/83, shohih jami’us shagir : 7028.
[93] HR At Thabrani, al Aushat, shohihul jaami’ : 3531.
[94] Al khoshois, as Shuyuthi 2/390.
[95] QS Al Isra : 79.
[96] Tafsir ibnu katsir 3/58.
[97] HR Bukhari : 1381.
[98] HR Bukhari : 4349.
[99] HR Bukhari : 4343, Muslim : 194.
[100] HR Muslim : 197.
[101] HR Bukhari : 3595.
[102] HR Muslim : 209, dari Ibnu Abbas.
[103] HR Muslim : 210.
[104] HR Muslim : 199.