KEKHUSUSAN RASULULLAH shalallahu alaihi waslallam
Kekhususan Rasulullah shalallahu alaihi waslallam yang dimaksud adalah
keistimewaannya dibandingkan dengan Para Nabi dan Rasul yang lain. Kekhusususan
Rasulullah terbagi menjadi dua yaitu kekhususan di dunia dan kekhususan di
akhirat.
KEKHUSUSAN DI DUNIA
Kekhususan Nabi a dan keistimewaannya
dibandingkan dengan Nabi-nabi yang lainnya dalam kehidupan dunia adalah diantaranya:
1.
Perjanjian
Allah c dengan para Nabi k :
Allah c telah mengambil perjanjian dengan seluruh para Nabi dan Rasul k dari sejak Adam
sampai Isa k ketika mereka diangkat dan dinobatkan menjadi Nabi dan Rasul, isi
perjanjian itu adalah bahwasannya mereka akan beriman, menolong dan membela
Nabi Muhammad a seandainya mereka bertemu dengannya, demikian juga perjanjian Allah
ini berlaku untuk para umat mereka untuk beriman, menolong dan membela Nabi
Muhammad a.
Allah
c
berfirman :
وَإِذْ أَخَذَ اللّهُ مِيثَاقَ
النَّبِيِّيْنَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءكُمْ رَسُولٌ
مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ قَالَ
أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُواْ أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُواْ
وَأَنَاْ مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi:
"Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah
kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu,
niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah
berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang
demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah
berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi
(pula) bersama kamu".[6]
Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas o berkata tentang ayat ini :
مَا بَعَثَ اللَّهُ
نَبِيّاً مِنَ الأَنْبِيَاءِ إِلَّا أُخِذَ عَلَيْهِ المِيْثَاقُ, لَئِنْ بَعَثَ
اللُّه مُحَمَّداً وَهُوَ حَيٌّ لَيُؤْمِنُنَّ بِهِ وَيَنْصُرُنَّهُ, وَأَمَرَهُ أَنْ
يَأْخُذَ المِيْثَاقَ عَلَى أُمَّتِهِ لَئِنْ بُعِثَ مُحَمَّدٌ وَهُمْ أَحْيَاءٌ لَيُؤْمِنُنَّ
بِهِ وَلَيَنْصُرُنَّهُ
“Tidaklah Allah q mengutus seorangpun Nabi kecuali diambil perjanjian atasnya, yaitu apabila
Allah q mengutus Nabi Muhammad a nanti, sedangkan mereka
hidup (menyaksikan) nabi Muhammad a mereka harus beriman dan membela kepada nabi
Muhammad a dan memerintahkan pula kepada masing masing umatnya untuk mengambil
perjanjian ini, jikalau mereka bertemu dengan nabi Muhammad a wajib atas
mereka beriman dan membelanya.”[7]
Jabir bin Abdullah y berkata :
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ y أَتَى
النَّبِيَّ a بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ
الْكُتُبِ فَقَرَأَهُ عَلَى النَّبِيُّ a فَغَضِبَ وَقَالَ: أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ
الْخَطَّابِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ
نَقِيَّةً، لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا
بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ
مُوسَى كَانَ حَيًّا، مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي
“Bahwasanya Umar bin al-Khatab y mendatangi Nabi a dengan membawa
kitab yang didapatkan dari Ahlul kitab lalu membacakannya dihadapan Nabi a. Beliapun a marah dan bersabda:
Apakah engkau ragu wahai umar? Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya sungguh
aku telah datang kepada kalian dengan membawa agama dalam keadaan putih bersih,
janganlah kalian bertanya kepada mereka (ahlul kitab) tentang sesuatu (agama)
sehingga mereka mengatakan kebenaran lalu kalian mendustakannya, atau
mengatakan dusta lalu kalian membenarkannya. Demi yang jiwaku berada di
tangan-Nya seandainya Musa sekarang hidup maka dia tidak leluasa kecuali harus
mengikutiku”[8]
Berkata al-Imam Ibnu Katsir 5 dalam kitab Tafsirnya :
فَالرَّسُوْلُ مُحَمَّدٌ
خَاتَمُ اْلأَنْبِيَاءِ صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ دَائِماً إِلَى يَوْمِ
الدِّيْن, هُوَ اْلإِمَامُ الْأَعْظَمُ الَّذِي لَوْ وُجِدَ فِيْ أَيِّ عَصْرٍ لَكَانَ هُوَ الْوَاجِبُ طَاعَتُهُ اْلمُقَدَّمُ
عَلَى اْلأَنْبِيَاءِ كُلِّهِمْ, وَلِهَذَا كَانَ إِمَامُهُمْ لَيْلَةَ اْلإِسْرَاءِ
لَمَّا اجْتَمِعُوْا بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ
“Maka Rasul Muhamammad sebagai
penutup para Nabi Semoga shalawat dan salam selamanya tercurah kepada mereka
sampai hari Kiamat, Ia adalah Imam yang agung yang seandainya didapati disetiap
zaman maka baginya wajib untuk didahulukan dita’ati dari Nabi-nabi yang lain
seluruhnya. Oleh karena itu ketika peristiwa Isra dan Mi’raj Rasulullah a shalat mengimami para nabi di Baitul Maqdis (sebelum Beliau di
Mi’rajkan ke langit)”.[9]
2.
Kerasulannya
bersifat universal :
Para Nabi dan Rasul k sebelum Nabi Muhammad a diutus untuk
berdakwah khusus kepada kaumnya saja, adapun Rasulullah a memiliki
keistimewaan dibandingkan dengan Nabi-nabi yang lain diantaranya kerasulannya
yang bersifat Universal (menyeluruh), bukan hanya untuk kalangan bangsa Arab
saja tapi untuk seluruh manusia bahkan manusia dan jin.
Dalam
hal ini Allah c berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً
لِّلنَّاسِ بَشِيراً وَنَذِيراً وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,
tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”[10]
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً
لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.”[11]
Oleh karena itu seruan Rasulullah a dalam berdakwah
menggunakan kata seruan yang sifatnya umum dengan ucapan wahai sekalian
manusia, sedangkan Nabi yang lain menggunakan kata seruan yang khusus
yaitu : Wahai kaumku, wahai bani israil.
Seperti dalam firman Allah c:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي
رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً
“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu semua.”[12]
Jabir
bin Abdullah y berkata: Bahwa Rasulullah a bersabda:
أُعْطِيتُ
خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا
وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ
لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً
وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
"Aku diberikan lima perkara yang tidak
diberikan kepada seorangpun dari Nabi-nabi sebelumku; aku ditolong melawan
musuhku dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan
untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang laki-laki dari
ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan
untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus
untuk seluruh manusia, dan aku diberikah (hak) syafa'at".[13]
Al ‘Iz bin Abdus Salam 5 berkata :
Dan diantara keistimewaan Rasulullah a bahwasanya Allah c mengutus setiap
Nabi khusus kepada kaumnya saja, sedangkan nabi kita Muhammad a diutus kepada jin
dan manusia. Setiap Nabi mendapatkan ganjaran dakwah kepada umatnya. Bagi Nabi
kita a
mendapatkan ganjaran dakwah kepada setiap yang diutus kepadanya.[14]
Adapun dalil yang menunjukan bahwa para Nabi dan Rasul
sebelum Nabi Muhammad a diutus hanya kepada kaumnya saja adalah Allah c berfirman tentang Nabi Nuh,
Hud, Shaleh, Luth, Syu’aib dan Nabi-nabi lainnya k :
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحاً
إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ
إِلَـهٍ غَيْرُهُ إِنِّيَ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada
kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak
ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah
Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)”.[15]
Tentang
Nabi Hud j Allah c berfirman :
وَإِلَى عَادٍ
أَخَاهُمْ هُوداً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم
مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُونَ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"[16]
Tentang
Nabi Shaleh j Allah c berfirman :
وَإِلَى ثَمُودَ
أَخَاهُمْ صَالِحاً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ
إِلَـهٍ غَيْرُهُ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh.
Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
bagimu selain-Nya.[17]
Tentang
Nabi Luth j Allah c berfirman :
وَلُوطاً
إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ
أَحَدٍ مِّن الْعَالَمِينَ
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)
tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)
sebelummu?"[18]
Tentang
Nabi Syu’aib j Allah c berfirman :
وَإِلَى مَدْيَنَ
أَخَاهُمْ شُعَيْباً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ
إِلَـهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُم
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka,
Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata
dari Tuhanmu.”[19]
Bahkan Rasulullah a diutus kepada kalangan Jin
sebagaimana Firman Allah c :
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَراً
مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا
أَنصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِم مُّنذِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang
mendengarkan Al Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu
mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika
pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi
peringatan.”[20]
Rasulullah a bersabda :
وَالَّذِي نَفْسُ
مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا
نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا
كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
"Demi jiwa Muhammad yang berada di
tangan-Nya, tidak seorangpun dari kalangan Yahudi atau Nasrani dari umat ini
yang mendengar ajaranku, kemudian ia mati tanpa mengimani risalahku, kecuali ia
tergolong penghuni neraka.” [21]
3.
Penutup
para Nabi k:
Diantara rahmat Allah c kepada para hamba-Nya adalah
dengan diutusnya Rasulullah a dan dijadikannya sebagai Penutup para Nabi, sehingga Islam menjadi
sempurna karenanya. Allah c dan Rasul-Nya telah mengabarkan didalam Al Qur’an dan Sunnah bahwa
Nabi Muhammad a adalah penutup sekalian para Nabi, sebagai bantahan kepada yang
mengklaim adanya Nabi setelah Nabi Muhammad a dan dinyatakan bahwa
klaimnya adalah dusta bahkan Rasulullah a menggelarinya sebagai
Dajjal.
Allah
c
berfirman :
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا
أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu[22]
Adapun
dalil-dalil dari sunnah adalah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ yأَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ a قَالَ : مَثَلِي وَمَثَلُ
الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بُنْيَانًا فَأَحْسَنَهُ
وَأَجْمَلَهُ إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهُ فَجَعَلَ
النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ هَلَّا وُضِعَتْ هَذِهِ
اللَّبِنَةُ قَالَ فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ
“Dari Abu Hurairah y bahwasanya Rasulullah a telah bersabda, "Perumpamaanku dan para
nabi sebelumku adalah seperti orang yang membangun sebuah bangunan yang
dibaguskan dan diperindah, kecuali satu batu bata di salah satu sudutnya yang
belum terpasang. Orang-orang segera mengelilingi bangunan itu dan merasa kagum
seraya bertanya, 'Duhai seandainya batu bata ini dipasang?" Rasulullah
a
berkata, "Akulah batu itu dan akulah penutup para nabi." [23]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ y أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ a قَالَ
فُضِّلْتُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا
وَمَسْجِدًا وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ
“Dari Abu Hurairah y bahwasanya Rasulullah a bersabda, "Aku diberi enam kelebihan di atas para Nabi; 1.
Aku diberi perbendaharaan kata yang singkat padat. 2. Aku diberi kemenangan
dengan diberikan rasa takut dalam diri musuh. 3. Dihalalkan untukku harta
rampasan perang. 4. Bumi dijadikan untukku sebagai tempat bersujud dan alat
bersuci. 5. Aku diutus kepada semua makhluk, dan 6. aku dijadikan sebagai
penutup para Nabi." [24]
عن جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ: أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ a قَالَ إِنَّ لِي أَسْمَاءً
أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِيَ
الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمَيَّ وَأَنَا
الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ وَقَدْ سَمَّاهُ اللَّهُ رَءُوفًا
رَحِيمًا
Dari Jubair bin Muth'im y, bahwasanya Rasulullah a telah bersabda, "Sesungguhnya
aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad aku adalah Ahmad, aku adalah Al
Maahi, yang karena adanya aku, maka Allah menghapus kekufuran, aku adalah Al
Haasyir yang di bawah kedua telapak kakiku umat manusia dikumpulkan, dan aku
adalah Al Aaqib yang tidak ada nabi sesudahku." Allah c telah menamai Rasulullah a sebagai ra'uuf {yang pengasih} dan rahiim {yang penyayang}. [25]
عَنْ أَبِي حَازِمٍ قَالَ قَاعَدْتُ أَبَا
هُرَيْرَةَ y خَمْسَ
سِنِينَ فَسَمِعْتُهُ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ a قَالَ
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ
خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُ
قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ
وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
“Dari Abu Hazim, dia berkata, "Selama lima tahun saya telah
berteman dan bergaul dengan Abu Hurairah y. Hingga pada suatu ketika
saya pernah mendengarnya bercerita kepada saya tentang suatu hadits dari Nabi
Muhammad a yang berbunyi, 'Orang-orang Bani Israil itu selalu diatur
oleh para nabi Allah. Setiap kali seorang nabi meninggal dunia, maka ia akan
digantikan oleh nabi yang lain. Tetapi, ketahuilah, bahwasanya tiada seorang
nabi pun setelahku nanti. Namun, setelah itu akan hadir beberapa khalifah.'' Para
sahabat bertanya, 'Lantas, apa yang akan engkau perintahkan kepada kami ya
Rasulullah?' Rasulullah a menjawab, "Penuhilah pembai'atan khalifah yang
pertama dan khalifah yang selanjutnya. Penuhilah hak-hak mereka. Sesungguhnya
Allah akan meminta pertanggungan jawab terhadap kepemimpinan mereka." [26]
Dalil-dalil ini sebagai bantahan kepada mereka para Dajjalun (para
pendusta) diakhir zaman yang mengaku Nabi setelah Nabi Muhammad a, sebagaimana sabdanya:
لَا
تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ
ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ.
"Kiamat tidak akan terjadi hingga muncul para dajal pendusta
yang berjumlah hampir tiga puluh orang yang mana semuanya mengaku sebagai
utusan Allah." [27]
Dalam Lafadz lain Beliau a bersabda :
إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ
السَّاعَةِ كَذَّابِينَ. وَ في رواية: فَاحْذَرُوهُمْ
“Sesungguhnya akan muncul para pendusta menjelang kiamat kelak' Menurut
riwayat yang lain dikatakan,: “Oleh karena itu, waspadalah kamu terhadap
mereka” [28]
4.
Menjadi
rahmat yang dihadiahkan (dianugerahkan) bagi seluruh alam:
Allah c mengutus Nabi-Nya sebagai
pembawa rahmat bagi makhluk secara menyeluruh baik mu’min ataupun kafir, baik
jin atau manusia.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً
لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.”[29]
Ibnu
Abbas p berkata tentang Firman Allah c:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً
لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutusmu Muhammad melainkan menjadi Rahmat
bagi segenap Alam”:
كَانَ مُحَمَّدٌ a رَحْمَةً لِجَمِيْعِ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَهُ كَانَ لَهُ رَحْمَةً
فِيْ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ لَمْ
يَتْبَعْهُ عُوْفِيَ مِمَّا كَانَ يُبتَلَى بِهِ سَائِرُ الأُمَمِ مِنَ الْخَسَفِ
وَاْلمَسْخِ وَاْلقَذَفِ
“Bahwasannya Nabi Muhammad a membawa rahmat bagi semua manusia (mu’min dan kafir),
maka barangsiapa yang mengikuti petunjuknya dia akan mendapatkan rahmat itu di dunia
dan di akhirat, tapi barangsiapa yang tidak mengikuti petunjuknya (tetap) dia
akan mendapatkan (rahmat di dunia) berupa keselamatan tidak dibinasakannya
seperti yang menimpa kepada umat-umat terdahulu yang ditenggelamkan di dasar
bumi, dikutuk (jadi kera dan babi) atau dihujani batu”. [30]
وقال بعضُ العلماءِ في قوله تعالى
: وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً
لِّلْعَالَمِينَ : لجميعِ الخلقِ للمؤمنِ رحمةً بالهدايةِ ورحمةً للمنافقِ
بالأمانِ من القتلِ ورحمةً للكافرِ بتأخيرِ العذابِ
“Dan sebagian Ulama mengatakan tentang ayat “Dan tidaklah Kami
mengutusmu muhammmad kecuali membawa rahmat bagi seluruh alam” maksudnya: Untuk
semua makhluk, bagi orang beriman rahmatnya berupa hidayah, bagi orang munafiq
rahmatnya berupa aman dari diperangi atau dibunuh, adapun bagi orang kafir
rahmatnya berupa tidak disegerakannya adzab”.[31]
Adapun rahmat yang khusus kepada orang yang beriman
adalah sebagaimana Firman Allah c:
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ
عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ
رَّحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin”.[32]
Allah c berfirman :
وَمِنْهُمُ الَّذِينَ
يُؤْذُونَ النَّبِيَّ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَكُمْ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَيُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا
مِنْكُمْ وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Diantara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan
mengatakan: "Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya."
Katakanlah: "Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada
Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang
beriman diantara kamu." Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu,
bagi mereka azab yang pedih.[33]
Dalil-dalil dari Hadist tentang keistimewaan
Nabi a
bahwa Beliau diutus menjadi Rahmat bagi sekalian alam adalah diantaranya :
Abu Hurairah y mengatakan bahwa seseorang
berkata kepada Nabi a
يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ قَالَ إِنِّي
لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً.
“Wahai Rasulullah, do’akanlah untuk orang-orang musyrik agar
mereka celaka!' Mendengar itu, Rasulullah a menjawab,
"Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus
sebagai rahmat." [34]
Beliau a juga bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا
أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ .
“Wahai sekalian Manusia sesungguhnya aku hanyalah Rahmat yang dianugerahkan
atau dihadiahkan”.[35]
عن جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ: أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ a قَالَ
إِنَّ لِي أَسْمَاءً أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي
يَمْحُو اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ
عَلَى قَدَمَيَّ وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ وَقَدْ
سَمَّاهُ اللَّهُ رَءُوفًا رَحِيمًا
“Dari Jubair bin Muth'im y bahwasanya Rasulullah a telah bersabda, "Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama.
Aku adalah Muhammad aku adalah Ahmad, aku adalah Al Maahi, yang karena adanya
aku, maka Allah menghapus kekufuran, aku adalah Al Haasyir yang di bawah kedua
telapak kakiku umat manusia dikumpulkan, dan aku adalah Al Aaqib yang tidak ada
nabi sesudahku." Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menamai
Rasulullah a sebagai ra'uuf (yang
pengasih) dan rahiim (yang penyayang).[36]
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ a يُسَمِّي لَنَا نَفْسَهُ أَسْمَاءً فَقَالَ أَنَا مُحَمَّدٌ
وَأَحْمَدُ وَالْمُقَفِّي وَالْحَاشِرُ وَنَبِيُّ التَّوْبَةِ وَنَبِيُّ
الرَّحْمَةِ
“Dari Abu Musa Al Asy'ari y dia berkata,
"Rasulullah a pernah menyebutkan
nama-nama beliau kepada kami dengan sabdanya, 'Aku adalah Muhammad, Ahmad,
Al Muqaffi {Nabi penutup}, Al Haasyir {Nabi pengumpul}, Nabi
taubah, dan Nabi rahmah.'' [37]
5.
Penjamin
keamanan bagi umat:
Allah c telah memuliakan Nabi-Nya
dengan menjadikannya sebagai penjamin keamanan, yaitu keberadaannya menjadi
sebab terjaminnya keamanan dan keselamatan bagi umat, berbeda dengan nabi-nabi
terdahulu, umat-umatnya disiksa diadzab oleh Allah c dihadapan Nabi-nabi mereka
pada masa Nabi mereka berada. Demikian pula aman dalam arti tidak munculnya
kesesatan dan penyimpangan atau kebid’ahan selama Nabi a masih ditengah-tengah para
sahabatnya.
Allah c berfirman:
وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ
وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
وَمَا لَهُمْ أَلاَّ يُعَذِّبَهُمُ اللّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu
berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang
mereka meminta ampun. Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka
menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidil Haram.”[38]
Ibnu
Abbas p berkata tentang ayat ini :
إنَّ اللَّهَ جَعَلَ فِيْ هَذِهِ
اْلأُمَّةِ أَمَانَيْنِ لاَ يَزَالُوْنَ مَعْصُوْمِيْنَ مُجَارِيْنَ مِنْ قَوَارِعِ
اْلعَذَابِ مَا دَامَا بَيْنَ أَظْهُرِهِمْ فَأَمَانٌ قَبَضَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَأَمَانٌ
بَقِيَ فِيْكُمْ قَوْلُهُ : وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ
فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Sesungguhnya Allah
c telah menjadikan
untuk umat ini dua (penjamin) keamanan. Dimana selama keduanya ada maka
terjagalah umat ini dari disegerakannya adzab yang mendadak, Allah c telah mewafatkan
penjamin yang satu (Rasulullah a ) dan tersisa penjamin yang
satu lagi pada kalian berupa (istighfar) ini adalah Firman Allah c :” Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu
berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang
mereka meminta ampun”.[39]
Al Imam Al Bukhari dan Muslim n meriwayatkan asbabun nuzul (sebab-sebab
turun) Ayat ini:
عن
أَنَس بْن مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ أَبُو جَهْلٍ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ
الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنْ السَّمَاءِ أَوْ
ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ فَنَزَلَتْ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ
وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ وَمَا
لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمْ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنْ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ إِلَى آخِرِ الْآيَةِ.
Dari Anas bin Malik y
bahwasanya ia berkata, "Abu Jahal berkata, 'Ya
Allah, jika Al Qur'an ini memang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami
batu dari langit atau datangkanlah kepada kami adzab yang pedih.' (Qs. Al
Anfaal (8): 32) Lalu turunlah firman Allah, Dan sesungguhnya Allah tidak akan
mengadzab mereka sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah Allah
akan mengadzab mereka, sedangkan mereka meminta ampun. Mengapa Allah tidak
mengadzab mereka, padahal mereka menghalangi orang untuk mengunjungi Masjidil
Haram. (Qs. Al Anfaal (8): 33-34). [40]
Al Iz bin Abdus Salam 5 berkata:
“Dan diantara kekhususan
(keistimewaan) Nabi a, bahwasannya
Allah c telah mengutusnya menjadi
rahmat bagi segenap alam, dengan tidak disegerakannya adzab kepada orang-orang
yang durhaka dari kalangan umatnya, tapi diberi tempo, berbeda dengan umat-umat
terdahulu ketika mereka mendustakan (para rasul k )
seketika itu pula mereka diadzab”.[41]
عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ
أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْنَا الْمَغْرِبَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ a
ثُمَّ قُلْنَا لَوْ جَلَسْنَا حَتَّى نُصَلِّيَ مَعَهُ الْعِشَاءَ قَالَ
فَجَلَسْنَا فَخَرَجَ عَلَيْنَا فَقَالَ مَا زِلْتُمْ هَاهُنَا قُلْنَا يَا
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّيْنَا مَعَكَ الْمَغْرِبَ ثُمَّ قُلْنَا نَجْلِسُ حَتَّى
نُصَلِّيَ مَعَكَ الْعِشَاءَ قَالَ أَحْسَنْتُمْ أَوْ أَصَبْتُمْ قَالَ فَرَفَعَ
رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ وَكَانَ كَثِيرًا مِمَّا يَرْفَعُ رَأْسَهُ إِلَى
السَّمَاءِ فَقَالَ النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَإِذَا ذَهَبَتْ النُّجُومُ
أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ وَأَنَا أَمَنَةٌ لِأَصْحَابِي فَإِذَا ذَهَبْتُ
أَتَى أَصْحَابِي مَا يُوعَدُونَ وَأَصْحَابِي أَمَنَةٌ لِأُمَّتِي فَإِذَا ذَهَبَ
أَصْحَابِي أَتَى أُمَّتِي مَا يُوعَدُونَ
“Dari Abu Burdah, dari bapaknya, dia berkata, "Kami pernah
melaksanakan shalat berjamaah bersama Rasulullah a Kemudian kami berkata,
'Sebaiknya kami duduk bersama Rasulullah a sambil menunggu waktu shalat
Isya.' Bapak Abu Burdah berkata, "Kami duduk-duduk di masjid, kemudian
Rasulullah a mendatangi kami seraya bertanya, 'Kalian masih di sini?' Kami
menjawab, "Benar ya Rasulullah! Kami telah melaksanakan shalat Maghrib
berjamaah bersama engkau, oleh karena itu kami memilih untuk duduk-duduk di
masjid sambil menunggu shalat Isya berjamaah dengan engkau." Rasulullah
pun berkata, "Kalian benar-benar telah melakukan kebaikan." Lalu
Rasulullah mengangkat kepalanya ke atas dan berkata, "Bintang-bintang
itu merupakan stabilisator langit. Apabila bintang-bintang tersebut hancur,
maka langit akan tertimpa apa yang telah dijanjikan. Aku adalah penenteram para
sahabatku. Kalau aku sudah tidak ada, maka mereka, para sahabatku, akan
tertimpa apa yang telah dijanjikan. Para sahabatku adalah penenteram umatku.
Apabila para sahabatku telah tiada, maka umatku pasti akan tertimpa apa yang
telah dijanjikan kepada mereka" [42]
Imam an Nawawi 5 berkata :
مَا
يُوْعَدُوْنَ مَعْنَاهُ : مِنْ ظُهُوْرِ الْبِدَعِ وَاْلحَوَادِثِ فِيْ الدِّيْنِ
وَالْفِتَنِ فِيْهِ وَظُهُوْرِ الرُّوْمِ وَغَيْرِهِمْ عَلَيْهِمْ
“Apa yang telah dijanjikan artinya: Berupa munculnya
kebid’ahan dan perkara-perkara yang diada-adakan dalam agama dan munculnya
berbagai macam fitnah (akhir zaman) dan kekuasaan orang-orang Romawi atas
mereka”.[43]
6.
Allah c bersumpah dengan
umur Nabi a:
Didalam
Al Qur’an banyak sekali Allah bersumpah dengan makhluk-Nya sesuai dengan yang
dikehendaki oleh Allah, bersumpah dengan Matahari, Bulan, Langit, waktu, waktu
fajar, waktu Dhuha, malam, siang dan yang lain-lainnya dari makhluk-Nya yang
menunjukan agung dan pentingnya makhluk yang Allah c sebut dalam
sumpah-Nya. Akan tetapi kita tidak menjumpai Allah bersumpah dengan manusia
siapapun, kecuali satu saja yaitu jiwa yang agung lagi mulia, manusia pilihan,
Sayyid (penghulu) anak adam, Sayyidul Anbiya Wal Mursalin ia adalah Rasulullah a .
Allah c berfirman:
لَعَمْرُكَ
إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
“(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya
mereka terombang-ambing didalam kemabukan (kesesatan)".[44]
Ibnu
Abbas p berkata :
مَا خَلَقَ اللَّهُ وَمَا ذَرَأَ
وَمَا بَرَأَ نَفْسًا أَكْرَمَ عَلَيْهِ مِنْ مُحَمَّدٍ صَلَى اللَّهُ عليه وسلم وَمَا
سَمِعْتُ اللَّهَ أَقْسَمَ بِحَيَاةِ أَحَدٍ غَيْرِهِ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : لَعَمْرُكَ
إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ يَقُوْلُ : وَحَيَاتِكَ وَ عُمُرِكَ
وبَقَائِكَ فِيْ الدُّنْيَا.
“Tidaklah Allah c menciptakan dan menjadikan jiwa (makhluk) yang dimuliakan-Nya
daripada nabi Muhammad a . Aku tidak mendengar Allah bersumpah dengan menyebut usia
seseorang selain Rasulullah a. Allah c berfirman: Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing
di dalam kemabukan (kesesatan), yakni demi hidupmu, demi usiamu dan demi
keberadaanmu di dunia”.[45]
7.
Tidak dipanggil dengan disebut
namanya tapi disebut gelar kenabian dan kerasulannya:
Didalam
Al Qur’an, Allah c
memanggil Rasulullah a tidak dipanggil dengan
namanya tapi gelarnya yaitu Wahai Rasul atau wahai Nabi sebagai bentuk
penghormatan dan menunjukan kemuliaan Nabi Muhammad a, adapun Nabi-nabi
yang lain dipanggil dengan namanya.
Didalam
Al Quran sebutkan Ya Ayyuhan Nabi (wahai Nabi) sebanyak13 kali[46], dan Ya Ayyuhar Rasul (wahai
Rasul) sebanyak 2 kali[47].
Allah c berfirman:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ
لاَ يَحْزُنكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang
yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya”[48]
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ
مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ
رِسَالَتَهُ وَاللّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي
الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.[49]
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
حَسْبُكَ اللّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi
orang-orang mu'min yang mengikutimu.[50]
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ
مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ
اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”.[51]
Demikianlah Allah c telah memanggil nabi-Nya
didalam Al Qur’an dengan menyebut gelarnya. Adapun Nabi-nabi yang lain maka
dipanggil dengan namanya.
Allah c berfirman:
وَقُلْنَا يَا آدَمُ
اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلاَ مِنْهَا رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا
وَلاَ تَقْرَبَا هَـذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الْظَّالِمِينَ
“Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu
surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja
yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zalim”.[52]
قِيلَ يَا نُوحُ
اهْبِطْ بِسَلاَمٍ مِّنَّا وَبَركَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِّمَّن مَّعَكَ وَأُمَمٌ
سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan
penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mu'min) dari
orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan
pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang
pedih dari Kami."[53]
قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي
وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ
“Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih
(melebihkan) kamu dan manusia yang lain (dimasamu) untuk membawa risalah-Ku dan
untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur."[54]
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا
إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُحْسِنِينَ
“Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.”[55]
إِذْ قَالَ اللّهُ يَا
عِيسى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ
أَيَّدتُّكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلاً وَإِذْ
عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالإِنجِيلَ وَإِذْ
تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنفُخُ فِيهَا
فَتَكُونُ طَيْراً بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ
تُخْرِجُ الْمَوتَى بِإِذْنِي وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنكَ إِذْ
جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِنْهُمْ إِنْ هَـذَا
إِلاَّ سِحْرٌ مُّبِينٌ
“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai 'Isa putra Maryam,
ingatlah ni'mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu
dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam
buaian dan sesudah dewasa. Dan (ingatlah) diwaktu Aku mengajar kamu menulis,
hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah
(suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup
kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku.
Dan (ingatlah) diwaktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan
ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu
kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan
(ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh
kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,
lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan
sihir yang nyata".[56]
Berkata Imam Ibnul Jauzi 5 :
وَلَمَّا ذَكَرَ اسْمَهُ لِلتَّعْرِيْفِ
قَرَنَهُ بِذِكْرِ الرِّسَالَةِ
“Dan manakala Allah q menyebutkan
namanya (Muhammad a ) menggandengkannya dengan gelar kerasulannya (Rasulullah a ).”[57]
Allah c berfirman:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ
رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rasul “.[58]
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ
وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ
رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي
وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ
فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً
وَأَجْراً عَظِيماً
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia (para sahabat) adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud . Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas
itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh diantara mereka ampunan dan pahala yang besar”.[59]
وَالَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ
الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ
“Dan orang-orang mu'min dan beramal soleh serta beriman kepada apa
yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah
menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka”.[60]
Bahkan manakala Allah q menyebut Nabi Ibrahim j dengan namanya,
Akan tetapi Rasulullah a disebutkan gelarnya dalam rangkaian satu ayat berikut:
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ
لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَـذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَاللّهُ
وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah
orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang
beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang
beriman”.[61]
8.
Allah c melarang umat
Islam memanggil Nabi-Nya a dengan menyebut namanya:
Sebagaimana
Allah c
memanggil nabi-Nya didalam Al Quran dengan panggilan gelarnya berupa kenabian
dan kerasulan sebagai bentuk penghormatan dan memuliakan maka bagi hamba-Nya
yang beriman lebih layak lagi untuk beradab kepada nabinya dengan tidak
memanngil Nabi dengan namanya langsung. Maka mereka dilarang oleh Allah c memanggil Nabi-Nya
dengan memanggil namanya tapi dengan panggilan wahai Rasulullah atau wahai
nabiyallah.
Allah c berfirman:
لَا تَجْعَلُوا دُعَاء
الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاء بَعْضِكُم بَعْضاً قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ
الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمْ لِوَاذاً فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ
عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti
panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah
telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan
berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih[62]
Ibnu Abbas p berkata:
كَانُوْا يَقُوْلُوْنَ : يَا
مُحَمَّدُ يَا أَبَا القَاسِمِ فَنَهَاهُمُ اللَّهُ عَنْ ذَلِكَ إِعْظَاماً
لِنَبِيِّهِ a وَأَمَرَهُمْ أَنْ يَقُوْلُوْا
: يَا نَبِيَّ اللَّهِ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ
“Dahulu mereka memanggil rasulullah a dengan panggilan wahai
Muhammad wahai Abul Qosim, lalu Allah q melarang mereka atas yang
demikian sebagai bentuk penghormatan untuk Nabi-Nya, dan memerintahkannya untuk
memanggil dengan panggilan wahai nabiyullah, wahai Rasulullah.”[63]
Adapun Umat sebelum
Islam mereka memanggil Nabi mereka dengan namanya:
وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ
الرِّجْزُ قَالُواْ يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ
لَئِن كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي
إِسْرَائِيلَ
Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu)
merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu
dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya
jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman
kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu".[64]
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي
إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْاْ عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ
لَّهُمْ قَالُواْ يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَـهاً كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ
قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka
setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka,
Bani lsrail berkata: "Hai Musa. Buatlah untuk kami sebuah tuhan
(berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa
menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
(sifat-sifat Tuhan)"[65].
إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا
عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَن يُنَزِّلَ عَلَيْنَا
مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُواْ اللّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut 'Isa berkata: "Hai 'Isa
putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?".
'Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang
beriman"[66].
Al ‘Izu bin Abdusalam 5 berkata:
“Tidak tersamarkan bagi siapapun bahwasannya seorang Tuan apabila
memanggil kepada salah seorang budaknya dengan menyebutkan sifat-sifat
terpujinya (misalnya wahai budakku yang baik) sedangkan yang lainnnya dipanggil
dengan namanya tanpa menyebutkan sifat-sifat kebaikannya maka ini semua
menunjukan bahwa budak yang dipanggil dengan menyebutkan sifat-sifat
kebaikannya lebih dekat, lebih dicintainya, lebih mulia disisi Tuannya. Dan ini
secara kebiasaanpun diketahinya yang menunjukan penghormatan atau pengagungan
apabila memanggil dengan menyebutkan gelar dan sifat-sifat terpuji”.[67]
9.
Perbendaharaan
kata yang singkat padat lagi dalam maknanya (Al Kalimul Jaami’):
Allah c telah memuliakan Nabi-Nya dibanding Nabi-nabi yang lainnya dengan
Jawami’ul Kalim, yaitu berupa perkataan yang singkat padat lagi dalam maknanya.
Jawami’ul Kalim yang Allah c berikan sebagai Mu’jizat
kepada Rasulullah a ada dua bentuk, yang pertama Al Quran dan yang kedua perkataan Nabi
a
dalam Sunnahnya.[68]
Rasulullah a bersabda:
فُضِّلْتُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ أُعْطِيتُ
جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ
وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ
كَافَّةً وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ
"Aku diberi enam kelebihan diatas para Nabi; 1 Aku diberi
perbendaharaan kata yang singkat padat. 2 Aku diberi kemenangan dengan
diberikan rasa takut dalam diri musuh. 3 Dihalalkan untukku harta rampasan
perang. 4 Bumi dijadikan untukku sebagai tempat bersujud dan alat bersuci. 5
Aku diutus kepada semua makhluk, dan aku dijadikan sebagai penutup para Nabi."
[69]
10.
Musuh
gentar dari jarak perjalanan sebulan:
Rasulullah a memiliki keistimewaan dengan ditanamkan rasa
gentar dihati musuhnya oleh Allah c dari sejauh jarak perjalanan sebulan, baik
ketika berhadapan dengan musuhnya dalam peperangan ataupu ketika berhadapan secara
sendirian.[70]
Rasulullah a bersabda:
أُعْطِيتُ
خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا
وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ
لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ
إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
"Aku diberikan lima perkara yang tidak
diberikan kepada seorangpun dari Nabi-Nabi sebelumku; aku ditolong melawan
musuhku dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan
untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang laki-laki dari
ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan
untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus
untuk seluruh manusia, dan aku diberikan (hak) syafa'at".[71]
11.
Ditangannya kunci-kunci perbendaharaan dunia:
Yang dimaksud dengan
kunci-kunci perbendaharaan dunia adalah Rasulullah a dan umatnya dimudahkan dalam mencari harta
dunia baik melalui pembebasan negeri-negeri orang kafir atau melalui menggali
hasil bumi sehingga menikmati berbagai kenikmatan duniawi.
‘Amer bin ‘Auf y berkata :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ a بَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ
الْجَرَّاحِ إِلَى الْبَحْرَيْنِ يَأْتِي بِجِزْيَتِهَا وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ a هُوَ صَالَحَ أَهْلَ الْبَحْرَيْنِ
وَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ الْعَلَاءَ بْنَ الْحَضْرَمِيِّ فَقَدِمَ أَبُو عُبَيْدَةَ
بِمَالٍ مِنْ الْبَحْرَيْنِ فَسَمِعَتْ الْأَنْصَارُ بِقُدُومِهِ فَوَافَتْهُ
صَلَاةَ الصُّبْحِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ a فَلَمَّا انْصَرَفَ تَعَرَّضُوا لَهُ
فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللَّهِ a
حِينَ رَآهُمْ وَقَالَ أَظُنُّكُمْ سَمِعْتُمْ بِقُدُومِ أَبِي عُبَيْدَةَ
وَأَنَّهُ جَاءَ بِشَيْءٍ قَالُوا أَجَلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَأَبْشِرُوا
وَأَمِّلُوا مَا يَسُرُّكُمْ فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ
وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ
عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُلْهِيَكُمْ
كَمَا أَلْهَتْهُمْ
“Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah mengutus Abu Ubaidah bin Al Jarrah ke Bahrain untuk mengambil jizyahnya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membuat
perjanjian damai dengan penduduk Bahrain, beliau mengangkat Al Ala` bin Al
Hadlrami sebagai pemimpin mereka. Lalu Abu 'Ubaidah datang dengan membawa harta
dari Bahrain, kaum Anshar pun mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah, lalu mereka
shalat shubuh bersama Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam, seusai shalat
beliau beranjak pergi, namun mereka menghadang beliau, maka Rasulullah
Shallallahu 'alahi wa Salam tersenyum saat melihat mereka, setelah itu beliau
bersabda: "Aku kira kalian mendengar bahwa Abu 'Ubaidah datang membawa
sesuatu." Mereka menjawab: 'Benar, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda:
'Bergembiralah dan berharaplah terhadap sesuatu yang dapat memudahkan kalian,
demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut dunia
dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum
kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba,
lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa”.[72]
Rasulullah a bersabda :
بُعِثْتُ بِجَوَامِعِ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَبَيْنَا أَنَا
نَائِمٌ رَأَيْتُنِي أُتِيتُ بِمَفَاتِيحِ خَزَائِنِ الْأَرْضِ فَوُضِعَتْ
فِي يَدِي قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَقَدْ ذَهَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْتُمْ تَلْغَثُونَهَا أَوْ تَرْغَثُونَهَا أَوْ كَلِمَةً
تُشْبِهُهَا
"Aku diutus dengan kalimat singkat yang padat
makna, dan aku ditolong dengan rasa takut yang dihunjamkan dalam dada
musuh-musuhku, dan ketika aku tidur, aku bermimpi diberi kunci-kunci
perbendaharaan bumi lantas diletakkan di tanganku, " Abu Hurairah berkata,
'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi (wafat) sedang kalian telah
menikmati limpahan kekayaan itu -atau menghisap perbendaharaan bumi itu-atau
kalimat-kalimat yang semisal."[73]
12.
Diampuni dosa yang telah lalu ataupun yang
akan datang :
Allah c berfirman :
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحاً
مُّبِيناً لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ
وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطاً مُّسْتَقِيماً
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata,
supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang
akan datang serta menyempurnakan ni'mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada
jalan yang lurus.”[74]
Rasulullah a bersabda dalam Hadits yang diriwayatkan dari
sahabat Anas bin Malik y :
إِذَا
كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ مَاجَ النَّاسُ بَعْضُهُمْ فِي بَعْضٍ فَيَأْتُونَ
آدَمَ فَيَقُولُونَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ
عَلَيْكُمْ بِإِبْرَاهِيمَ فَإِنَّهُ خَلِيلُ الرَّحْمَنِ فَيَأْتُونَ
إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُوسَى فَإِنَّهُ
كَلِيمُ اللَّهِ فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ
بِعِيسَى فَإِنَّهُ رُوحُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُ
لَسْتُ لَهَا وَلَكِنِ ائْتُوا مُحَمَّدًا عَبْدًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ فَيَأْتُونِي فَأَقُولُ أَنَا لَهَا فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى
رَبِّي فَيُؤْذَنُ لِي وَيُلْهِمُنِي مَحَامِدَ أَحْمَدُهُ بِهَا لَا تَحْضُرُنِي
الْآنَ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ وَأَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيَقُولُ يَا
مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ وَسَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ
تُشَفَّعْ فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي فَيَقُولُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ
مِنْهَا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَنْطَلِقُ
فَأَفْعَلُ ثُمَّ أَعُودُ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ ثُمَّ أَخِرُّ لَهُ
سَاجِدًا فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ وَسَلْ
تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي فَيَقُولُ
انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مِنْهَا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ أَوْ
خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجْهُ فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ ثُمَّ أَعُودُ
فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ ثُمَّ أَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيَقُولُ يَا
مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ وَسَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي فَيَقُولُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَنْ كَانَ
فِي قَلْبِهِ أَدْنَى أَدْنَى أَدْنَى مِثْقَالِ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ
فَأَخْرِجْهُ مِنْ النَّارِ
"Jika hari kiamat tiba, maka manusia satu
sama lain saling bertumpukan. Mereka kemudian mendatangi Adam dan berkata,
'Tolonglah kami agar mendapat syafaat Tuhanmu.' Namun Adam hanya menjawab, 'Aku
tak berhak untuk itu, namun datangilah Ibrahim sebab dia adalah khalilurrahman
(Kekasih Arrahman).' Lantas mereka mendatangi Ibrahim, namun sayang Ibrahim
berkata, 'Aku tak berhak untuk itu, coba datangilah Musa, sebab dia adalah nabi
yang diajak bicara oleh Allah (kaliimullah).' Mereka pun mendatangi Musa, namun
Musa berkata, 'Saya tidak berhak untuk itu, coba mintalah kepada Isa, sebab ia
adalah roh Allah dan kalimah-Nya.' Maka mereka pun mendatang Isa. Namun Isa
juga berkata, 'Maaf, aku tak berhak untuk itu, namun cobalah kalian temui
Muhammad hamba yang telah diampuni dosanya baik yang
telah lalu atau yang akan datang.' Mereka pun mendatangiku sehingga aku pun
berkata: "Aku kemudian meminta ijin Tuhanku dan aku diijinkan, Allah
mengilhamiku dengan puji-pujian yang aku pergunakan untuk memanjatkan pujian
terhadap-Nya, yang jika puji-pujian itu menghadiriku sekarang, aku tidak melafadkan
puji-pujian itu. Aku lalu tersungkur sujud kepada-Nya, lantas Allah berfirman
'Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah engkau akan didengar, mintalah
engkau akan diberi, mintalah keringanan engkau akan diberi keringanan.' Maka
aku menghiba 'Wahai tuhanku, umatku-umatku.' Allah menjawab, 'Berangkat dan
keluarkanlah dari neraka siapa saja yang dalam hatinya masih terdapat sebiji
gandum keimanan.' Maka aku mendatangi mereka hingga aku pun memberinya syafaat.
Kemudian aku kembali menemui tuhanku dan aku memanjatkan puji-pujian tersebut,
kemudian aku tersungkur sujud kepada-Nya, lantas ada suara 'Hai Muhammad,
angkatlah kepalamu dan katakanlah engkau akan didengar, dan mintalah engkau
akan diberi, dan mintalah syafaat engkau akan diberi syafaat.' Maka aku
berkata, 'Umatku, umatku, ' maka Allah berkata, 'Pergi dan keluarkanlah siapa
saja yang dalam hatinya masih ada sebiji sawi keimanan, ' maka aku pun pergi
dan mengeluarkannya. Kemudian aku kembali memanjatkan puji-pujian itu dan
tersungkur sujud kepada-Nya, lantas Allah kembali berkata, 'Hai Muhammad,
angkatlah kepalamu, katakanlah engkau akan didengar, mintalah engkau akan
diberi, dan mintalah syafaat engkau akan diberi syafaat.' Maka aku berkata,
'Wahai tuhanku, umatku, umatku.' Maka Allah berfirman: 'Berangkat dan
keluarkanlah siapa saja yang dalam hatinya masih ada iman meskipun jauh lebih
kecil daripada sebiji sawi, ' maka aku pun berangkat dan mengeluarkan mereka
dari neraka."
Aisyah i menceritakan tentang shalat malam
Rasulullah a :
أَنَّ نَبِيَّ اللهِ a كَانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ
حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ
اللهِ وَقَدْ
غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ
أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا فَلَمَّا كَثُرَ لَحْمُهُ صَلَّى جَالِسًا فَإِذَا أَرَادَ
أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ.
“bahwasanya Nabi a shalat malam sehingga bengkak kedua kaki
Beliau a. Lalu Aisyah berkata : Mengapa engkau melakukannya sampai demikian
wahai Rasulullah padahal engkau telah diampuni Allah baik yang telah lalu atau
yang akan datang?. Lalu Nabi a bersabda : Tidakkah engkau senang kalau aku
termasuk hamba yang bersyukur. Maka tatkala Nabi a bertambah berat badannya,
beliau shalat sambil duduk, lalu ketika beliau mau ruku’ beliau bangkit
kemudian ruku’ dalam kondisi berdiri.”[75]s
13.
Mu’jizat
yang kekal berupa Al Quran yang terpelihara :
Allah telah menurunkan Al Quran kepada Rasulullah a sebagai Mu’jizat
terbesar dan mu’jizat yang kekal karena Allah c telah menjamin untuk
menjaganya.
Allah
c
berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا
الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.[76]
وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنزِيلٌ مِّنْ
حَكِيمٍ حَمِيدٍ
“Dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah kitab yang mulia Yang tidak
datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya,
yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji”.[77]
قُلْ
لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا
الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian
yang lain." [78]
14.
Dihalalkan
harta rampasan perang.
Diantara kekhususan dan keistimewaan
Rasulullah a dibandingkan dengan Nabi-nabi yang lain adalah dihalalkannya harta
rampasan perang (ghanimah) kepada Rasulullah a dan umatnya. Adapun Umat
sebelum kita harta rampasan perang tidak halal bagi mereka.
Allah c berfirman :
لَوْلَا
كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَا أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ فَكُلُوا
مِمَّا غَنِمْتُمْ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
رَحِيمٌ
“Kalau sekiranya tidak
ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan
yang besar karena tebusan yang kamu ambil. Maka makanlah dari sebagian rampasan
perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik dan
bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
[79]
Mayoritas para ahli tafsir mengatakan
tentang firman Allah :
لَوْلَا
كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ سَبَقَ
“Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang
telah terdahulu dari Allah” Adalah yang dimaksud
ketetapan dalam Ummul kitab yang pertama bahwa harta rampasan perang halal bagi
umat ini (umat islam).[80]
Rasulullah a bersabda :
أُعْطِيتُ
خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا
وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ
لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً
وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
"Aku diberikan lima perkara yang tidak
diberikan kepada seorangpun dari Nabi-Nabi sebelumku; aku ditolong melawan
musuhku dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan
untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang laki-laki dari
ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan
untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus
untuk seluruh manusia, dan aku diberikan (hak) syafa'at".[81]
Adapun umat sebelum kita apabila
mereka berjihad lalu mendapatkan harta rampasan perang, mereka tidak boleh menggunakannya akan tetapi harta
ghanimah itu diperintahakan untuk dikumpulkan ditempat terbuka lalu akan ada
api yang menyambar dari langit dan itu sebagai tanda kalau jihad mereka diterima
(maqbul) disisi Allah, akan tetapi apabila tidak ada api yang menyambar,
itulah tanda jihad mereka tidak diterima, penyebabnya karena adanya kecurangan
atau prajurit mengambil serta menyembunyikan harta rampasan, yang akhirnya aib menjadi terbongkar. Rasulullah a bersabda :
غَزَا نَبِيٌّ مِنْ
الْأَنْبِيَاءِ فَقَالَ لِقَوْمِهِ لَا يَتْبَعْنِي رَجُلٌ قَدْ مَلَكَ بُضْعَ
امْرَأَةٍ وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يَبْنِيَ بِهَا وَلَمَّا يَبْنِ وَلَا آخَرُ قَدْ
بَنَى بُنْيَانًا وَلَمَّا يَرْفَعْ سُقُفَهَا وَلَا آخَرُ قَدْ اشْتَرَى غَنَمًا
أَوْ خَلِفَاتٍ وَهُوَ مُنْتَظِرٌ وِلَادَهَا قَالَ فَغَزَا فَأَدْنَى
لِلْقَرْيَةِ حِينَ صَلَاةِ الْعَصْرِ أَوْ قَرِيبًا مِنْ ذَلِكَ فَقَالَ
لِلشَّمْسِ أَنْتِ مَأْمُورَةٌ وَأَنَا مَأْمُورٌ اللَّهُمَّ احْبِسْهَا عَلَيَّ
شَيْئًا فَحُبِسَتْ عَلَيْهِ حَتَّى فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ قَالَ فَجَمَعُوا مَا
غَنِمُوا فَأَقْبَلَتْ النَّارُ لِتَأْكُلَهُ فَأَبَتْ أَنْ تَطْعَمَهُ فَقَالَ
فِيكُمْ غُلُولٌ فَلْيُبَايِعْنِي مِنْ كُلِّ قَبِيلَةٍ رَجُلٌ فَبَايَعُوهُ
فَلَصِقَتْ يَدُ رَجُلٍ بِيَدِهِ فَقَالَ فِيكُمْ الْغُلُولُ فَلْتُبَايِعْنِي
قَبِيلَتُكَ فَبَايَعَتْهُ قَالَ فَلَصِقَتْ بِيَدِ رَجُلَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةٍ
فَقَالَ فِيكُمْ الْغُلُولُ أَنْتُمْ غَلَلْتُمْ قَالَ فَأَخْرَجُوا لَهُ مِثْلَ
رَأْسِ بَقَرَةٍ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ فَوَضَعُوهُ فِي الْمَالِ وَهُوَ بِالصَّعِيدِ
فَأَقْبَلَتْ النَّارُ فَأَكَلَتْهُ فَلَمْ تَحِلَّ الْغَنَائِمُ لِأَحَدٍ مِنْ
قَبْلِنَا ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى رَأَى ضَعْفَنَا
وَعَجْزَنَا فَطَيَّبَهَا لَنَا
“Seorang
nabi utusan Allah (Yosya' bin Nun) pernah berperang. Setelah itu ia berkata
kepada kaumnya, 'Hai kaumku, jangan ada seseorang yang telah mempunyai istri
dan ia ingin menggauli istrinya, tetapi ia belum sempat melakukannya, untuk
mengikutiku! Jangan pula seseorang yang telah mendirikan sebuah bangunan, namun
ia belum sempat menaikkan atapnya, untuk mengikutiku! Serta jangan pula
seseorang yang telah membeli seekor kambing atau seekor unta hamil, sementara
ia tengah menunggu kelahiran anak ternak tersebut, untuk mengikutiku!'
Selanjutnya nabi tersebut berangkat perang. Menjelang waktu Ashar ia telah
sampai di sebuah desa. Setelah itu ia pun berkata kepada matahari, 'Hai
matahari, kamu diperintah dan aku pun diperintah.' Kemudian ia berdoa dan
memohon kepada Allah, 'Ya Allah hentikanlah laju putaran matahari beberapa saat
demi kepentingan urusanku!' lalu matahari pun berhenti karena diperintahkan
Allah. Setelah mengumpulkan harta rampasan perang, tiba-tiba ada percikan api
yang akan membakar harta rampasan perang tersebut. Tetapi tiba-tiba api itu
berhenti dan tidak jadi membakarnya. Kemudian Nabi itu bersabda, "Di
antara kalian pasti ada orang yang berkhianat. Jadi hendaklah setiap orang
(dari suku bangsa manapun ia berasal) segera berbaiat kepadaku." Akhirnya
mereka beramai-ramai berbaiat kepadanya dengan menjabat tangannya. Kemudian ia kembali
bersabda, 'Di antara kalian pasti ada yang berkhianat. Jadi, hendaklah setiap
orang (dari suku bangsa manapun ia berasal) segera berbaiat kepadaku."
Kembali mereka beramai-ramai berbaiat kepadanya dengan menjabat tangannya,
sampai-sampai ia merasa kewalahan dengan
menjabat dua atau tiga tangan orang sekaligus. Lalu berkata, "Di antara
kalian pasti ada orang yang berkhianat. Kalian telah berkhianat." Setelah
itu mereka mengeluarkan seonggok emas sebesar kepala sapi dan menyerahkannya
kepadanya serta meletakkannya pada tumpukan harta rampasan yang berada di atas
tanah. Tak lama
kemudian muncullah percikan api yang menghanguskannya. Setelah itu beliau
bersabda, 'Harta rampasan perang itu sama sekali tidak dihalalkan bagi seorang
pun sebelum kita. Karena Allah Yang Maha Mulia sangat mengetahui kelemahan dan
kekurangan kita. Oleh karena itu, Dia menghalalkannya untuk kita”. [82]
15.
Isra’
dan Mi’raj :
Diantara kekhususan dan keistimewaan Rasulullah a yang sekaligus sebagai mu’jizat yang besar adalah
peristiwa Isra’ (melakukan perjalanan malam) dari Masjidil Haram di Makkah Al
Mukaramah ke Baitul Maqdis di Palestina dan mi’raj (naik ke langit hingga ke sidratil
muntaha), hingga kembali ke Makkah hanya dalam waktu satu malam, itu semua
dilakukan Nabi a
dengan ruh dan jasadnya, tidak seperti yang dikatakan sebagian orang bahwa nabi
a Isra dan mi’raj hanya ruhnya saja tanpa jasadnya. Sedangkan hikmah peristiwa Isra dan Mi’raj adalah
sebagai Mu’jizat dan kado hiburan
terhadap Nabi a
atas beberapa peristiwa yang memberatkan dan menyedihkan Nabi a seperti kematian
pamannya Abu Thalib yang setia mendukung, membela dan melindungi Nabi a . Serta wafatnya
isteri tercinta Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuailid, akibatnya semakin
beratlah gangguan dan penyiksaan orang-orang musyrikin Kafir Quraisy terhadap
Nabi a dan para sahabatnya yang semua itu terjadi pada tahun
kesepuluh masa kenabian. Dalam peristiwa Isra Mi’raj ini Rasulullah a dimuliakan dengan beberapa perkara diantaranya : Berbicara
dengan Allah a,
difardlukan shalat yang lima waktu, melihat banyak tanda-tanda kebesaran Allah c dan mengimami para Nabi dan rasul k. Isra dan Mi’raj telah ditetapkan berdasarkan Al Qur’an
dan Sunnah secara Mutawatir
Allah c barfirman :
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى
الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.[83]
Allah c berfirman :
وَلَقَدْ
رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya
yang asli) pada waktu yang lain,(yaitu) di Sidratil Muntaha”.[84]
Rasulullah a bersabda :
أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ
دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ
عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ قَالَ فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ
قَالَ فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ قَالَ
ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ
فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ j بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَاخْتَرْتُ
اللَّبَنَ فَقَالَ جِبْرِيلُ j اخْتَرْتَ
الْفِطْرَةَ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ j فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ
قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ
فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ فَرَحَّبَ بِي وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ
عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ j فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ
قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ
فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِابْنَيْ الْخَالَةِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ
وَيَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّاءَ k فَرَحَّبَا وَدَعَوَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِي إِلَى
السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ
جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ a قِيلَ وَقَدْ
بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا
بِيُوسُفَ j إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي
بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ
جِبْرِيلُ j قِيلَ
مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قَالَ وَقَدْ
بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا
بِإِدْرِيسَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ
الْخَامِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ j قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ
مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ
لَنَا فَإِذَا أَنَا بِهَارُونَ j فَرَحَّبَ
وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ
فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ j قِيلَ
مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ
بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا
بِمُوسَى j فَرَحَّبَ
وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ
جِبْرِيلُ j فَقِيلَ مَنْ
هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ
إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ
j مُسْنِدًا
ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ
سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى
السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ وَإِذَا
ثَمَرُهَا كَالْقِلَالِ قَالَ فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِيَ
تَغَيَّرَتْ فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ
حُسْنِهَا فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيَّ مَا أَوْحَى فَفَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ
صَلَاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَنَزَلْتُ إِلَى مُوسَى j فَقَالَ مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ
خَمْسِينَ صَلَاةً قَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَإِنَّ
أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
وَخَبَرْتُهُمْ قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي فَقُلْتُ يَا رَبِّ خَفِّفْ عَلَى
أُمَّتِي فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقُلْتُ حَطَّ عَنِّي
خَمْسًا قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ
فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ قَالَ فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ
وَتَعَالَى وَبَيْنَ مُوسَى j حَتَّى
قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لِكُلِّ
صَلَاةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلَاةً وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا
وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا فَإِنْ
عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً قَالَ فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ
إِلَى مُوسَى j فَأَخْبَرْتُهُ
فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ a فَقُلْتُ قَدْ
رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ
"Telah didatangkan kepadaku Buraq (oleh Jibril j) yaitu hewan
putih tinggi, yang lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari kuda, yang
bisa meletakkan kakinya sejauh pandangannya." Beliau berkata, "Maka
aku menaikinya hingga aku sampai di Baitul Maqdis, lalu aku turun mengikatnya
dengan tali yang biasa dipakai oleh para nabi." Beliau berkata, "Kemudian
aku masuk ke masjid Aqsha lalu aku shalat dua rakaat di situ, kemudian aku
keluar. Kemudian Jibril j membawakanku satu
wadah khamer dan satu gelas susu, maka aku memilih susu, lalu Jibril berkata
kepadaku, "Engkau telah memilih kesucian" Kata beliau, "Kemudian
Buraq tersebut bersamaku naik ke langit, maka Jibril meminta agar dibukakan
pintu langit lalu ia ditanya, "Siapa kamu? " Jibril menjawab,
"Jibril. " Ia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu? " Ia
menjawab, "Muhammad. " Ia ditanya lagi, "Apakah dia telah
diutus?" Ia menjawab, "Dia telah diutus." Kamipun dibukakan
pintu lalu aku bertemu Adam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan
untukku." Kemudian buraq tersebut naik bersama kami ke langit kedua, maka
Jibril j mohon dibukakan pintu, lalu
ditanya, "Siapa kamu?" Dia menjawab, "Jibril" Dia ditanya
lagi, "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad" Dia
ditanya lagi, "Apakah dia telah diutus kepada-Nya? " Dia menjawab,
"Dia telah diutus." Kata Nabi, Maka kami dibukakan pintu lalu aku
bertemu dengan dua orang sepupuku, yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria
'alaihissalam, maka keduanya menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. "Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit tiga, maka
Jibril 'alaihissalam mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa kamu?"
Dia menjawab, "Jibril" Dia ditanya lagi, "Siapa yang
bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad." Dia ditanya lagi,
"Apakah dia telah diutus kepada-Nya?" Dia menjawab, "Dia telah
diutus kepada-Nya ." Kata Nabi, "Maka kami dibukakan pintu, lalu aku
bertemu Nabi Yusuf 'alaihissalam, yang telah dianugerahi setengah dari
ketampanan orang sejagat.” Kata Nabi, "Maka Yusuf menyambutku dan
mendoakan kebaikan untukku." Kemudian Buraq tersebut
naik bersama kami ke langit yang ke empat, maka Jibril 'alaihissalam mohon
dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa kamu?" Dia menjawab,
"Jibril." Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?." Dia
menjawab, "Muhammad." Dia ditanya lagi, "Apakah dia telah diutus
kepada-Nya?" Dia menjawab, "Dia telah diutus kepada-Nya." Kata
Nabi, "Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu Idris, dia menyambutku dan
mendoakan kebaikan untukku." Allah Azza wa Jalla telah berfirman
(untuknya), "Dan kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi."
Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kelima, maka Jibril
'alaihissalam mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa kamu?"
Dia menjawab, "Jibril." Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?
" Dia menjawab, "Muhammad." Dia ditanya lagi, "Apakah dia
telah diutus kepada-Nya " Dia menjawab, "Dia telah diutus kepada-Nya." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata,
"'Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Harun
'alaihissalam, dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku." Kemudian
Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ke enam, maka Jibril 'alaihissalam
mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa kamu?" Dia menjawab,
"Jibril." Dia ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu? " Dia
menjawab, "Muhammad." Dia ditanya lagi, "Apakah dia telah diutus
kepada-Nya " Dia menjawab, "Dia telah diutus kepada-Nya" Kata
Nabi, "Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Musa
'alaihissalam, lalu dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku."
Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit yang ke tujuh, maka Jibril
'alaihissalam mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya, "Siapa kamu?"
Dia menjawab, "Jibril." Dia ditanya lagi, "Siapa yang
bersamamu?" Dia menjawab, "Muhammad." Dia ditanya lagi,
"Apakah dia telah diutus kepada-Nya?" Dia menjawab, "Dia telah
diutus kepada-Nya." Kata Nabi, "Maka kami dibukakan pintu, lalu aku
bertemu dengan Ibrahim 'alaihissalam yang sedang menyandarkan punggungnya di
Baitul Makmur, yang mana setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan
mereka tidak masuk lagi sesudahnya (yakni 70.000 malaikat yang masuk Al Baitul
Ma 'mur setiap harinya selalu pendatang baru)." Kemudian Buraq tersebut
pergi bersamaku ke Sidratul-Muntaha yang (lebar) dedaunannya seperti telinga
gajah dan (besar) buah-buahannya seperti tempayan besar Kata Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, "Tatkala perintah Allah memenuhi Sidratul Muntaha, maka
Sidratul Muntaha berubah dan tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa
menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. Maka Allah c memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku shalat lima puluh kali
dalam sehari semalam. Kemudian aku turun dan bertemu Musa 'alaihissalam, lalu
ia bertanya, "Apa yang diwajibkan Tuhanmu terhadap umatmu?" Aku
menjawab, "Shalat Lima puluh kali. "
Dia berkata, "Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan,
karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu
melakukan hal itu. Sesungguh aku telah menguji Bani Israil dan aku telah
mengetahui bagaimana kenyataan mereka. " Kata Nabi,
"Aku akan kembali kepada Tuhanku lalu aku memohon, 'Ya Tuhan! Berilah
keringanan kepada umatku!' Maka aku diberi keringanan lima kali Shalat. Lalu
aku kembali kepada Musa 'alaihissalam kemudian aku berkata padanya, "Allah
telah memberiku keringanan (hanya) lima kali." Musa mengatakan,
"Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah
kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan. " Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berkata, "Aku terus mondar-mandir antara Tuhanku dengan Musa
'alaihissalam sehingga Tuhanku mengatakan, "Hai Muhammad! Sesungguhnya
kewajiban shalat itu lima kali dalam sehari semalam, tiap shalat mendapat
pahala sepuluh kali lipat, maka lima kali shalat sama dengan lima puluh kali
shalat. Barang siapa berniat melakukan satu kebaikan, lalu ia tidak
melaksanakannya maka dicatat untuknya satu kebaikan, dan kalau ia
melaksanakannya maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan. Barang siapa berniat
melakukan satu kejelekan namun ia tidak melaksanakan-nya, maka kejelekan
tersebut tidak dicatat sama sekali, dan jika ia melaksanakannya maka hanya
dicatat satu kejelekan." Kata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
"Kemudian aku turun hingga bertemu Musa 'alaihissalam, lalu aku
beritahukan kepadanya, maka dia mengatakan, 'Kembalilah kepada Tuhanmu dan
mintalah keringanan lagi.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata,
"Lalu aku menjawab, 'Aku telah berulang kali kembali kepada tuhanku
sehingga aku merasa malu kepada-Nya." [85]
Adapun dalil
tentang shalatnya Rasulullah a di Baitul Maqdis mengimami para Nabi k adalah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ y قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ a لَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي الْحِجْرِ
وَقُرَيْشٌ تَسْأَلُنِي عَنْ مَسْرَايَ فَسَأَلَتْنِي عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ بَيْتِ
الْمَقْدِسِ لَمْ أُثْبِتْهَا فَكُرِبْتُ كُرْبَةً مَا كُرِبْتُ مِثْلَهُ قَطُّ
قَالَ فَرَفَعَهُ اللَّهُ لِي أَنْظُرُ إِلَيْهِ مَا يَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ
إِلَّا أَنْبَأْتُهُمْ بِهِ وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ
فَإِذَا مُوسَى قَائِمٌ يُصَلِّي فَإِذَا رَجُلٌ ضَرْبٌ جَعْدٌ كَأَنَّهُ مِنْ
رِجَالِ شَنُوءَةَ وَإِذَا عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ
يُصَلِّي أَقْرَبُ النَّاسِ بِهِ شَبَهًا عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ
وَإِذَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَشْبَهُ النَّاسِ بِهِ
صَاحِبُكُمْ يَعْنِي نَفْسَهُ فَحَانَتْ الصَّلَاةُ فَأَمَمْتُهُمْ فَلَمَّا
فَرَغْتُ مِنْ الصَّلَاةِ قَالَ قَائِلٌ يَا مُحَمَّدُ هَذَا مَالِكٌ صَاحِبُ
النَّارِ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَبَدَأَنِي بِالسَّلَامِ
Dari Abu
Hurairah y dia berkata, "Rasulullah a bersabda, 'Sungguh aku pernah berada di
dekat Hijr Ismail dan orang-orang Quraisy bertanya kepadaku tentang
(perjalanan) israku. Mereka bertanya kepadaku tentang hal-hal yang berkaitan
dengan Baitul Maqdis yang aku tidak mengetahuinya secara pasti, tiba-tiba aku
merasa bingung yang tidak pernah aku rasakan. Nabi a berkata,
"Maka Allah mengangkat Baitul Maqdis ke dekatku lalu aku melihatnya.
(Hingga) Tidak ada pertanyaan yang mereka lontarkan kepadaku kecuali aku dapat
menjawabnya." Sungguh aku pernah berada di jamaah para Nabi. Tiba-tiba di
situ ada Musa j berdiri melakukan shalat. Dia adalah seorang
laki-laki yang berperawakan tinggi langsing dan berambut keriting sepertinya
dia dari kaum Syanuah. Di situ terdapat pula Isa bin Maryam j berdiri melakukan shalat, dan orang yang paling
mirip dengannya adalah 'Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim j berdiri melakukan shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah teman
kalian (yakni diri Rasulullah a
sendiri). Kemudian tibalah waktu shalat, lalu aku menjadi imam mereka. Tatkala
aku selesai shalat, seseorang berkata kepadaku, "Hai Muhammad! Ini adalah
malaikat Malik, penjaga neraka, maka ucapkan salam kepadanya." Lalu aku
menoleh kepadanya kemudian dia mendahuluiku mengucapkan salam." [86]
KEKHUSUSAN
DIAKHIRAT
Kekhususan
Rasulullah a diakhirat
artinya keistimewaan Rasulullah a dibandingkan dengan para nabi yang lain ketika nanti
pada hari kiamat. Diantara keistimewaannya adalah :
1.
Al Wasilah dan Al Fadhilah :
Al Wasilah yang dimaksud
adalah derajat yang paling tinggi di Surga yang tidak bisa dicapai kecuali oleh
seorang hamba diantara hamba Allah, dan Ia adalah Rasulullah a,,,.Adapun Al
fadhilah artinya Tingkatan yang lebih tinggi (Al Martabatuz Zaidah)
dibandingkan makhluk-makhluk yang lain .
Derajat Surga tertinggi adalah Al Wasilah, dinamakan Al
Wasilah karena secara bahasa al wasilah
artinya al Qurbu yang bermakna dekat, demikian pula kedudukan Nabi a disurga dinamakan
Al Wasilah karena kedekatannya kepada ‘Arasy Allah c .
Allah c berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya,
supaya kamu mendapat keberuntungan”[87].
Al Wasilah dalam ayat ini maksudnya :
أَيِّ
تَقَرَّبُوْا إِلَيْهِ بِطَاعَتِهِ وَاْلعَمَلَ بِمَا يُرْضِيْهِ
“Yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan
ketaatan dan amal shaleh yang diridhai-Nya”.
Al Imam Ibnu Katsir 5 mengatakan :
الوَسِيْلَةُ هِيَ عَلَمٌ
عَلَى أَعْلَى مَنْزِلَةٍ فِيْ الْجَنَّةِ وَهِيَ مَنْزِلَةُ رَسُوْلِ اللَّهِ
وَدَارُهُ فِيْ الْجَنَّةِ وَهِيَ أَقْرَبُ أَمْكِنَةِ الْجَنَّةِ إِلَى الْعَرْشِ
“Al Washilah adalah kedudukan atau derajat
surga yang paling tinggi, ia adalah kedudukannya Rasulullah a dan tempat tinggalnya
di surga dan tempat yang paling dekat dengan Arasy-Nya. “.[88]
Adapun makna al-Fadhilah, telah berkata Imam Ibnu Hajar
5 :
اَلْفَضِيْلَةُ هِيَ الْمَرْتَبَةُ
الزَّائِدَةُ عَلَى سَائِرِ الْخَلَائِقِ وَيُحْتَمَلُ أنْ تَكُوْنَ مَنْزِلَةً
أُخْرَىْ أَوْ تَفْسِيْرًا لِلْوَسِيْلَةِ
“Al Fadhilah adalah Tingkatan tertinggi atas
seluruh makhluk atau adanya kemungkinan bermakna kedudukan yang lain (disurga),
atau ia adalah tafsiran dari al washilah”.[89]
Jabir bin Abdullah y meriwayatkan
bahwasanya Rasulullah a bersabda :
مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ
هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا
الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Barangsiapa membaca
do’a setelah mendengar
adzan: ALLAHUMMA RABBA HAADZIHID DA'WATIT TAMMAH WASHSHALAATIL QAA'IMAH.
AATI MUHAMMADANIL WASIILATA WALFADLIILAH WAB'ATSHU MAQAAMAM MAHMUUDANIL LADZII
WA'ADTAH (Ya Allah. Rabb Pemilik seruan yang sempurna ini, dan Pemilik
shalat yang akan didirikan ini, berikanlah wasilah (perantara) dan keutamaan
kepada Muhammad. Bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji sebagaimana
Engkau telah jannjikan'. Maka ia berhak mendapatkan syafa'atku pada hari
kiamat."[90]
Abdullah bin
‘Amer bin Al ‘Ash y
juga meriwayatkan bahwasannya Nabi a bersabda :
إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا
عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا
عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي
الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ
أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
"Apabila kamu sekalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah
seperti apa yang diucapkannya, kemudian bacalah shalawat kepadaku. Karena
barangsiapa membaca shalawat untukku satu kali, maka Allah membalasnya dengan
sepuluh shalawat. Lalu mintakanlah kepada Allah Wasilah untukku. Wasilah adalah
sebuah kedudukan di surga yang tidak layak kecuali bagi hamba Allah, dan aku
berharap agar aku adalah hamba Allah tersebut. Barangsiapa memintakan wasilah
kepada Allah untukku, maka dia berhak mendapatkan syafaat" [91]
Abu Sa’id Al Khudriyi y berkata : Rasulullah a bersabda :
الوَسِيْلَةُ
دَرَجَةٌ عِنْدَ اللَّهِ لَيْسَ فَوْقَهَا دَرَجَةً فَسَلُوْا اللَّهَ أَنْ يُؤْتِيَنِي
الوَسِيْلَةَ
“Alwashilah adalah
derajat tertinggi disisi Allah q tidak ada derajat lagi diatasnya maka
mintakanlah kepada Allah untukku alwashilah.” [92]
Ibnu Abbas p berkata : Rasulullah a bersabda :
سَلُوْا
اللَّهَ لِيَ الوَسِيْلَةَ فَإِنَّهُ لَا يَسْأَلُهَا لِيْ عَبْدٌ فِيْ الدُّنْيَا
إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَاهِداً أَوْ شَافِيْعاً يَوْمَ القِيَامَةِ
“Mintakanlah kepada
Allah untukku alwashilah karena sesungguhnya tidak ada seorang hambapun yang
memintakan kepada Allah untuk alwashilah melainkan aku akan memberi persaksian
dan syafa’atnya pada hari kiamat.” [93]
Ubadah bin As Shamit y berkata telah
bersabda Rasulullah a :
إنَّ
اللَّهَ رَفَعَنِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ فِيْ أَعْلَى غُرْفَةٍ مِنْ جَنَّاتٍ
النَّعِيْمِ لَيْسَ فَوْقِيْ إِلاَّ حَمْلَةُ العَرْشِ
“Sesungguhnya Allah
q mengangkat (kedudukan) ku ruangan yang paling tinggi dari
Surga yang penuh kenikmatan (Jannatun Na’im) tidak ada diatasku kecuali
Malaikat pemikul Arasy”[94]
2.
Al Maqam Al Mahmud (kedudukan
yang terpuji) :
Pada
hari kiamat kelak Rasulullah a memiliki kehormatan dan
kemuliaan yang tidak dimiliki oleh para nabi yang lain diantaranya adalah
al-Maqam al-Mahmud yaitu Pujian-pujian dari Allah c kemudian dari
seluruh makhluk.
Allah
c berfirman :
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ
بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَّحْمُوداً
“Dan pada
sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”[95]
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ
المَقَامُ المَحْمُوْدُ : مَقَامُ الشَّفَاعَةِ
عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ p قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ a : إِنَّ الشَّمْسَ تَدْنُو يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى
يَبْلُغَ الْعَرَقُ نِصْفَ الْأُذُنِ فَبَيْنَا هُمْ كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوا
بِآدَمَ ثُمَّ بِمُوسَى ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ a فَيَشْفَعُ لِيُقْضَى بَيْنَ الْخَلْقِ
فَيَمْشِي حَتَّى يَأْخُذَ بِحَلْقَةِ الْبَابِ فَيَوْمَئِذٍ يَبْعَثُهُ اللَّهُ مَقَامًا
مَحْمُودًا يَحْمَدُهُ أَهْلُ الْجَمْعِ كُلُّهُمْ
'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu berkata; Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Matahari akan didekatkan pada hari
qiyamat hingga keringat akan mencapai ketinggian setengah telinga. Karena
kondisi mereka seperti itu, maka orang-orang memohon bantuan (do'a) kepada nabi
Adam, Musa, kemudian Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam". Maka Beliau
memberi syafa'at untuk memutuskan perkara diantara manusia hingga akhirnya
Beliau mengambil tali pintu (surga). Dan pada hari itulah Allah menempatkan
Beliau pada kedudukan yang terpuji yang dipuji oleh seluruh makhluq yang
berkumpul". [97]
Ibnu Umar y berkata :
إِنَّ النَّاسَ يَصِيرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جُثًا كُلُّ
أُمَّةٍ تَتْبَعُ نَبِيَّهَا يَقُولُونَ يَا فُلَانُ اشْفَعْ يَا فُلَانُ اشْفَعْ
حَتَّى تَنْتَهِيَ الشَّفَاعَةُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَذَلِكَ يَوْمَ يَبْعَثُهُ اللَّهُ الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ
“Sesungguhnya
pada hari kiamat kelak manusia akan berjalan secara berjkelompok(bergerombol). Setiap umat akan mengikuti nabinya hingga mereka
saling berkata; 'Ya Fulan, berilah aku syafa'at. ya fulan, berilah aku
syafa'at.' Sampai akhirnya mereka mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Itulah hari ketika Allah membangkitkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada
kedudukan yang terpuji.”[98]
3.
Syafa’at ‘Udzma (Syafa’at yang Agung) dan
Syafa’at-syafa’at yang lainnya :
Syafa’at
‘Udzma adalah Syafa’at yang dikhususkan kapada Nabi a untuk semua penduduk padang mahsyar pada
hari kiamat agar Allah Rabbul ‘Alamin menyegerakan hisab dan keputusan bagi
para hamba-Nya.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ yأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ a
أُتِيَ بِلَحْمٍ فَرُفِعَ إِلَيْهِ
الذِّرَاعُ وَكَانَتْ تُعْجِبُهُ فَنَهَشَ مِنْهَا نَهْشَةً ثُمَّ قَالَ أَنَا
سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهَلْ تَدْرُونَ مِمَّ ذَلِكَ يَجْمَعُ
اللَّهُ النَّاسَ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ يُسْمِعُهُمْ
الدَّاعِي وَيَنْفُذُهُمْ الْبَصَرُ وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنْ
الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا لَا يُطِيقُونَ وَلَا يَحْتَمِلُونَ فَيَقُولُ النَّاسُ
أَلَا تَرَوْنَ مَا قَدْ بَلَغَكُمْ أَلَا تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى
رَبِّكُمْ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ عَلَيْكُمْ بِآدَمَ فَيَأْتُونَ
آدَمَ jفَيَقُولُونَ لَهُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ
بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ
اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا تَرَى
إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ آدَمُ إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ
غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ
وَإِنَّهُ قَدْ نَهَانِي عَنْ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي
اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ
يَا نُوحُ إِنَّكَ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ وَقَدْ
سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى
مَا نَحْنُ فِيهِ فَيَقُولُ إِنَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ
غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ
وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُهَا عَلَى قَوْمِي نَفْسِي نَفْسِي
نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ فَيَأْتُونَ
إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ يَا إِبْرَاهِيمُ أَنْتَ نَبِيُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ
مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ
فِيهِ فَيَقُولُ لَهُمْ إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ
قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّي قَدْ كُنْتُ
كَذَبْتُ ثَلَاثَ كَذِبَاتٍ فَذَكَرَهُنَّ أَبُو حَيَّانَ فِي الْحَدِيثِ نَفْسِي
نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى فَيَأْتُونَ
مُوسَى فَيَقُولُونَ يَا مُوسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ فَضَّلَكَ اللَّهُ
بِرِسَالَتِهِ وَبِكَلَامِهِ عَلَى النَّاسِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا
تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ فَيَقُولُ إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ
غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ
وَإِنِّي قَدْ قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ أُومَرْ بِقَتْلِهَا نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي
اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فَيَأْتُونَ
عِيسَى فَيَقُولُونَ يَا عِيسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا
إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا
اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ فَيَقُولُ عِيسَى
إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ
قَطُّ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَلَمْ يَذْكُرْ ذَنْبًا نَفْسِي نَفْسِي
نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ فَيَأْتُونَ
مُحَمَّدًا فَيَقُولُونَ يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتِمُ
الْأَنْبِيَاءِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا
تَأَخَّرَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ
فَأَنْطَلِقُ فَآتِي تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّي عَزَّ وَجَلَّ
ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ
شَيْئًا لَمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ قَبْلِي ثُمَّ يُقَالُ يَا مُحَمَّدُ
ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَقُولُ
أُمَّتِي يَا رَبِّ أُمَّتِي يَا رَبِّ أُمَّتِي يَا رَبِّ فَيُقَالُ يَا
مُحَمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنْ الْبَابِ
الْأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى
ذَلِكَ مِنْ الْأَبْوَابِ ثُمَّ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ مَا
بَيْنَ الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ
وَحِمْيَرَ أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى
“Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam diberi sepotong daging maka beliau pun
mengangkat lengannya, dan beliau menyukai daging itu, hingga beliau
menggigitnya. Setelah itu beliau bersabda: "Aku pemimpin manusia pada hari
kiamat, tahukah kalian kenapa? Allah akan mengumpulkan semua manusia dari yang
pertama hingga yang akhir dalam satu tanah lapang, seorang penyeru akan menyeru
mereka, pandangan menembus mereka dan matahari mendekat, duka dan kesusahan
manusia sampai pada batas yang tidak mampu mereka pikul. Orang-orang saling
berkata satu sama lain: Apa kalian tidak melihat yang telah menimpa kalian,
apakah kalian tidak melihat siapa yang memberi kalian syafaat kepada Rabb
kalian. Orang-orang saling berkata satu sama lain: Hendaklah kalian menemui
Adam. Mereka menemui Adam lalu berkata: Engkau adalah bapak seluruh manusia,
Allah menciptakanmu dengan tanganNya, meniupkan ruh-Nya padamu dan
memerintahkan para malaikat lalu mereka sujud padamu, berilah kami syafaat
kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang
menimpa kami? Adam berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia
tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu
sesudahnya, dulu Ia melarangku mendekati pohon tapi aku durhaka. Oh diriku, Oh
diriku, Oh diriku. Pergilah pada selainku, pergilah ke Nuh. Mereka mendatangi
Nuh lalu berkata: Hai Nuh, engkau adalah rasul pertama untuk penduduk bumi,
Allah menyebutmu hamba yang sangat bersyukur, berilah kami syafaat kepada
Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa
kami? Nuh berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak
pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu
sesudahnya, dulu aku pernah berdoa keburukan untuk kaumku, Oh diriku, Oh
diriku, Oh diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke Ibrahim. Mereka
mendatangi Ibrahim lalu berkata: Wahai Ibrahim, engkau nabi Allah dan
kekasihNya dari penduduk bumi, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau
tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Ibrahim
berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah
seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu aku
pernah bedusta tiga kali -Abu Hayyan menyebut ketiga-tiganya dalam hadits ini-
oh diriku, diriku, diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke Musa. Mereka
menemui Musa lalu berkata: Wahai Musa, engkau utusan Allah, Allah melebihkanmu
dengan risalah dan kalamNya atas seluruh manusia, berilah kami syafaat kepada
Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa
kami? Musa berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak
pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu
sesudahnya, dulu aku pernah membunuh jiwa padahal aku tidak diperintahkan untuk
membunuhnya, oh diriku, diriku, diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke
'Isa. Mereka mendatangi 'Isa lalu berkata: Hai 'Isa, engkau adalah utusan Allah,
kalimatNya yang disampaikan ke maryam, ruh dariNya, engkau berbicara pada
manusia saat masih berada dalam buaian, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa
kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Isa
berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah
seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, namun ia
tidak menyebut dosanya, oh diriku, diriku, diriku, pergilah ke selainku,
pergilah ke Muhammad. Mereka mendatangi Muhammad lalu berkata: Wahai Muhammad,
engkau adalah utusan Allah, penutup para nabi, dosamu yang telah lalu dan yang
kemudian telah diampuni, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak
lihat kondisi kami. Lalu aku pergi hingga sampai di bawah 'arsy, aku tersungkur
sujud pada Rabbku lalu Allah memulai dengan pujian dan sanjungan untukku yang
belum pernah disampaikan pada seorang pun sebelumku, kemudian dikatakan: Hai
Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti kau diberi, berilah syafaat nicaya
kau diizinkan untuk memberi syafaat. Maka aku mengangkat kepalaku, aku berkata:
Wahai Rabb, ummatku, wahai Rabb, ummatku, wahai Rabb, ummatku. Ia berkata: Hai
Muhammad, masukkan orang yang tidak dihisab dari ummatmu melalui pintu-pintu
surga sebelah kanan dan mereka adalah sekutu semua manusia selain pintu-pintu
itu." Setelah itu beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada
ditanganNya, jarak antara dua daun pintu-pintu surga seperti jarak antara
Makkah dan Himyar atau seperti jarak antara Makkah dan Bushra (syam)."[99]
Adapun Syafa’at
Rasulullah a lainnya yang
khusus dimiliki Beliau a berkat idzin Allah c adalah diantaranya:
·
Membuka pintu surga.
Anas bin Malik y meriwayatkan bahwasannya Rasulullah
a bersabda:
آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ
مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ
“Aku mendatangi pintu surga pada
hari kiamat, lalu aku memohon untuk dibukakan, kemudian penjaga pintu surga
bertanya, 'Siapa kamu?” Aku menjawab, "Muhammad'. Penjaga pintu surga
berkata, "Aku diperintahkan untuk membukakan pintu untukmu dan aku tidak
membuka untuk orang sebelummu.'' [100]
·
Syafa’at Rasulullah a terhadap Abu Thalib yang kekal di neraka
agar diringankan adzabnya bukan supaya dikeluarkan dari neraka, karena Abu
Thalib mati diatas kekafiran.
Dalilnya :
عَنْ ابْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ أَبَا طَالِبٍ
لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ دَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ a وَعِنْدَهُ أَبُو جَهْلٍ فَقَالَ
أَيْ عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ
اللَّهِ فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ يَا أَبَا
طَالِبٍ تَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَالَا
يُكَلِّمَانِهِ حَتَّى قَالَ آخِرَ شَيْءٍ كَلَّمَهُمْ بِهِ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ
الْمُطَّلِبِ فَقَالَ النَّبِيُّ a لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ
أُنْهَ عَنْهُ فَنَزَلَتْ مَا
كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ
وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ
أَصْحَابُ الْجَحِيمِ وَنَزَلَتْ إِنَّكَ
لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ
"Dari Ibnu Al
Musayyab dari bapaknya bahwa ketika menjelang wafatnya Abu Thalib, Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuinya sementara di sampingnya ada Abu
Jahal. Beliau berkata: "Wahai pamanku, katakanlah laa ilaaha illallah.
Suatu kalimat yang akan aku pergunakan untuk menyelamatkan engkau di sisi
Allah". Maka berkata Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah; "Wahai
Abu Thalib, apakah kamu akan meninggalkan agama 'Abdul Muthallib?".
Keduanya terus saja mengajak Abu Thalib berbicara hingga kalimat terakhir yang
diucapkannya kepada mereka adalah dia tetap mengikuti agama 'Abdul Muthallib. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku akan
tetap memintakan ampun untukmu selama aku tidak dilarang". Maka turunlah
firman Allah Ta'ala dalam QS AT-Taubah ayat 113 yang artinya: ("Tidak
patut bagi Nabi dan orang-orang beriman untuk memohonkan ampun bagi orang-orang
musyrik sekalipun mereka itu adalah kerabat-kerabat mereka setelah jelas bagi
mereka (kaum mu'minin) bahwa mereka adalah penghuni neraka jahim.."). Dan
turun pula firman Allah Ta'ala dalam QS al Qashsash ayat 56 yang artinya:
("Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang engkau cintai...")[101]
Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib y bertanya kepada Rasulullah a :
يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَفَعْتَ أَبَا طَالِبٍ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ كَانَ
يَحُوطُكَ وَيَغْضَبُ لَكَ قَالَ نَعَمْ هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ وَلَوْلَا
أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنْ النَّارِ
“Wahai Rasulullah! Apakah engkau dapat menolong Abu Thalib, sebab
ia pernah melindungimu dan mengasuhmu?" Rasulullah a menjawab, 'Ya, dia berada di
pelataran neraka yang paling dangkal, seandainya kalau bukan karena aku tentu
dia berada di neraka yang paling dalam" [102]
Tentang
Ringannya Siksa Abu Thalib, Rasulullah a bersabda:
أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ مُنْتَعِلٌ
بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ
"Penghuni neraka yang paling ringan siksaannya adalah Abu
Thalib, Ia memakai sepasang sandal yang bisa membuat otaknya mendidih." [103]
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ
بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ a إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ
النَّارِ عَذَابًا مَنْ لَهُ نَعْلَانِ وَشِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ يَغْلِي مِنْهُمَا
دِمَاغُهُ كَمَا يَغْلِ الْمِرْجَلُ مَا يَرَى أَنَّ أَحَدًا أَشَدُّ مِنْهُ
عَذَابًا وَإِنَّهُ لَأَهْوَنُهُمْ عَذَابًا.
Dari
An-Nu'man bin Basyir y dia berkata,
"Rasulullah a telah bersabda, 'Sesungguhnya siksa
penghuni neraka yang paling ringan adalah seseorang yang dipakaikan sepasang
terompah yang terbuat dari api hingga otaknya mendidih sebagaimana mendidihnya
air yang sedang direbus. Pada saat itu, orang tersebut mengira bahwasanya
dialah orang yang mendapat siksaan yang paling pedih, padahal ia adalah
penghuni neraka yang paling ringan siksanya.'' (Muslim 1/135: 1987)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍy أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ a قَالَ
أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ
يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ
Dari Ibnu Abbas y bahwasanya Rasulullah a bersabda, "Penghuni neraka yang paling
ringan siksaannya adalah Abu Thalib, Ia memakai sepasang sandal yang bisa
membuat otaknya mendidih." (Muslim 1/135: 100)
4.
Do’a Mustajab diakhirat:
Diantara bentuk kasih
sayang Nabi a kepada umatnya
adalah seperti yang disebutkan dalam hadits dibawah ini, dan ini termasuk salah
satu dari keistimewaan Rasulullah a di akhirat yang tidak dimiliki oleh Nabi-nabi yang lain:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَy قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ a لِكُلِّ
نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي
اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِيَ نَائِلَةٌ
إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
"Dari
Abu Hurairah y, bahwasanya Rasulullah a. bersabda 'Setiap nabi memiliki doa mustajab, setiap nabi telah
menggunakan do'a tersebut namun aku menyimpan doa itu untuk memberikan syafaat
bagi umatku pada hari kiamat. Syafa'at tersebut insya Alah akan sampai kepada
ummatku yang mati tanpa menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun” [104]
Dan akhirnya shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para
sahabatnya dan semua yang mengikuti beliau dengan baik sampai hari kiamat.
********
Ditulis di Ponpes As-Sunnah Pasuruan
Diselesaikan Menjelang Fajar menyingsing
Di Nagara kembang, Cingambul,
Majalengka
Hari Sabtu,
Tanggal 24 Rajab 1435 H
Bertepatan
Tanggal 24 Mei 2014 M
Yang
senantiasa mendambakan ampunan Rabb nya
Abu
Ghozie As-Sundawie
AL
MARAJI’
1.
Al Qur’anul Karim dan terjemahannya, Depag RI
2.
Al Fushul Fikhtishari Siratir Rasul, Ibnu Katsir.
3.
Al Minhaj Syarah Shahih Muslim, An Nawawi.
4.
Al Mu’jam Al Mufahrasy li alfadzil Quranil
Karim, Muhammad
Fu’ad Abdul Baqi, cet Darul Hadits th1422H/2001M.
5.
Al Khasaaisul Kubra, As Suyuthi.
6.
Al Wafa Fi Ahwalil Musthafa, Ibnul Jauzi.
7.
As Syifa bita’rifi huquqil mushthafa, Al-Qadli ‘Iyadh
8.
At Targhib Wat Tarhib, Al Mundziri, Baitul Afkar.
9.
Bidayatus Suul fi Tafdhilir Rasul, Al ‘Iz bin Abdus Salam, Beirut.
10. Fathul Bari
syarah Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqalani.
11. Ghoyatus
Suul Fi khasaaisir Rasul, Ibnu Mulaqin, Beirut th 1414H
12. Mausu’ah
Nadhratun Na’im Fi Makarimil Akhlaqi Rasulil Karim, Shaleh Abdullah Humaid dan Abdurahman Al
Mulawih, cet Darul Washilah th 1418H,Jeddah KSA.
13. Musnad Ahmad
bin Hanbal.
14. Shahih
Bukhari.
15. Shahih Muslim.
16. Sunan Abu
Dawud.
17. Sunan
Tirmidzi.
18. Sunan An
Nasaa’i.
19. Sunan Ibnu
Majah.
20. Sunan Ad
Darimi.
21. Tafsir Al
Quranul ‘Adzim, Al
Imam Ibnu Katsir, cet II Darul Ma’rifah, Beirut th 1987M.
[4] QS Al Baqarah : 253.
[5] Ada perbedaan Pendapat dikalangan para Ulama tentang siapa para
Rasul yang termasuk Ulul ‘Azmi pendapat yang masyhur : Nuh, Isa, Musa, Ibrahim
dan Muhammad k.
[6] QS Ali Imran : 81.
[7] Tafsir Ibnu katsir 1/386.
[8] HR Ahmad 3/387, Ad Darimi : 441.
[9] Tafsir Ibnu Katsir 1/386.
[10] QS Saba : 28.
[12] QS al A’raf : 158.
[13] HR Bukhari : 419, Muslim : 521.
[14] Bidayatus Saul fi tafdhilir Rasul : 46.
[15] QS al A’raf : 59.
[16] QS al A’raf : 65.
[17] QS al A’raf : 73.
[18] QS al A’raf : 80.
[19] QS al A’raf : 85.
[20] QS al Ahqaf : 29.
[22] QS Al Ahzab : 40.
[24] HR Muslim : 523.
[25] HR Bukhari : 6 : 3532, Muslim : 2354.
[26] HR Muslim : 1842.
[27] HR Muslim 8/189:2032.
[28] Muslim 8/189:2033
[29] QS Al Anbiya’ : 107.
[30] Tafsir ibnu Jarir 17/83, Tafsir Ibnu katsir 3/211.
[31] As Syifa, Al Qadhi Iyad 1/57.
[32] QS At Taubah : 128.
[33] QS At Taubah ; 61.
[34] Muslim 8/24: 1831
[37] Muslim 7/90: 1597
[38] QS Al Anfal : 33-34.
[39] Tafsir Ibnu Jarir 9/154, Tafsir Ibnu Katsir 2/317.
[40] Muslim 8/129-130 : 2150.
[41] Ghoyatus Sual : 65.
[42] Muslim 7/183: 1749
[43] Syarah Muslim 16/83 Hadist no : 391.
[44] QS Al Hijr : 72.
[45] Tafsir Ibnu Katsir 2/575.
[46] al Anfal:64,65,67, at Taubah:73,al Ahzab:1,13,45,50,59,al
Mumtahanah:12,at thalaq:1, at
tahrim:1,9.
[47] al Maidah:41,67.
[48] QS Al Maidah : 41.
[49] QS Al Maidah : 67.
[50] QS Al Anfal : 64.
[51] QS Al Ahzab : 59.
[52] QS Al Baqarah : 35.
[53] QS Hud : 48.
[54] QS Al A’raf : 144.
[55] QS As Shafat : 104-105.
[56] QS Al Maidah : 110.
[57] Al Wafa fi ahwalil Musthafa, 363.
[58] QS Ali Imran : 144.
[59] QS Al Fath : 29.
[60] QS Muhammad : 2.
[61] QS Ali Imran : 68.
[62] QS an Nur : 63.
[63] Tafsir ibnu katsir 3/318, tafsir Ibnu jarir Thabari 18/134.
[64] QS al A’raf : 134.
[65] QS al A’raf : 138.
[66] QS Al Maidah : 112.
[67] Bidayatus Suul : 38.
[68] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hanbali.
[70] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqalani.
[72] HR Bukhari : 5945.
[74] QS Al Fath :1-2.
[75] HR Muttafaq Alaih
[76] QS Al Hijir : 9.
[77] QS Fushilat : 41-42.
[78] QS Al Isra : 88.
[79] QS Al Anfal : 68-69.
[80] Tafsir Thabari 10/32, Tafsir Ibnu Katsir 2/339.
[81] HR Bukhari : 419, Muslim : 521.
[82] HR Bukhari, Fathul Bari 6 : 3124, Muslim : 1747, Lafadz
ini milik Muslim
[83] QS Al Isra : 1.
[84] QS An Najm : 13-14.
[87] QS Al Maidah : 35.
[88] Tafsir Ibnu Katsir 2/55.
[89] Fathul Baari 2/113.
[90] HR Bukhari : 579.
[91] HR Muslim : 200.
[92] HR Ahmad 3/83, shohih jami’us shagir : 7028.
[93] HR At Thabrani, al Aushat, shohihul jaami’ : 3531.
[94] Al khoshois, as Shuyuthi 2/390.
[95] QS Al Isra : 79.
[96] Tafsir ibnu katsir 3/58.
[97] HR Bukhari : 1381.
[98] HR Bukhari : 4349.
[99] HR Bukhari : 4343, Muslim : 194.
[100] HR Muslim : 197.
[101] HR Bukhari : 3595.
[102] HR Muslim : 209, dari Ibnu Abbas.
[103] HR Muslim : 210.
[104] HR Muslim : 199.