SEMANGAT MENCARI HARTA TAPI MALAS MENUNTUT ILMU
Banyak diantara manusia yang peras keringat banting tulang dalam
mengejar dunia serta mencari harta, akan tetapi mereka sangat malas dan tidak
peduli dalam menuntut ilmu agama. Padahal ilmu lebih berharga daripada harta
seandainya mereka mengetahui.
Allah Ta’ala mencela
karakter orang-orang kafir yang pandai dalam masalah dunia akan tetapi mereka
bodoh dalam hal akhirat.
يَعْلَمُونَ
ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“ Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;
sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai”. (QS Ar-Ruum : 7)
Ali bin Abi Tholib
radhiyallahu anhu berkata :
الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنْ الْمَالِ. الْعِلْمُ يَحْرُسُك، وَأَنْتَ
تَحْرُسُ الْمَالِ. الْعِلْمُ حَاكِمٌ وَالْمَالُ مَحْكُومٌ عَلَيْهِ. مَاتَ
خَزَّانُ الْأَمْوَالِ وَبَقِيَ خَزَّانُ الْعِلْمِ أَعْيَانُهُمْ مَفْقُودَةٌ،
وَأَشْخَاصُهُمْ فِي الْقُلُوبِ مَوْجُودَةٌ
“Ilmu itu lebih baik
daripada harta. Ilmu bisa menjagamu, sedangkan harta kamu yang menjaganya. Ilmu
sebagai hakim sementara harta objek yang dihukumi. Penumpuk harta mati,
sedangkan penghimpun ilmu tetap abadi, karena walaupun jasad mereka telah
tiada, akantetapi kepribadian mereka tetap hidup dihati” (Adabud Dunya Wad
Diin, Almawardi hal.48)
Menuntut ilmu lebih membutuhkan kerja keras dan kecerdasan
sebagimana yang dinasehatkan oleh Yahya bin Katsir rahimahullah :
لَا يُنَالُ الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْبَدَنِ
“Ilmu tidak bisa diraih dengan badan yang santai” (Jami’u Bayanil
‘Ilmi : 554)
As-Sya’bi rahimahullah berkata :
لَوْ أَنَّ رَجُلًا سَافَرَ مِنْ أَقْصَى الشَّامِ إِلَى أَقْصَى
الْيَمَنِ؛ لِيَسْمَعَ كَلِمَةَ حِكْمَةٍ مَا رَأَيْتُ سَفَرَهُ ضَاعَ
“Seandainya seseorang
safar dari ujung negeri Syam sampai ujung negeri Yaman hanya untuk sekedar
mendengar satu kalimat hikmah (ilmu) maka aku memandang hal itu bukanlah
perkara sia-sia” (Jami’u Bayanil ‘Ilmi 1/94)
Kejar dan tuntutlah
ilmu agama sebagaimana engkau semangat dalam mengejar harta, rakuslah terhadap
ilmu karena tidak ada ambisi yang terpuji kecuali dalam mencari ilmu.
Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam bersabda :
لَنْ يَشْبَعَ
الْمُؤْمِنُ مِنْ خَيْرٍ يَسْمَعُهُ حَتَّى يَكُونَ مُنْتَهَاهُ الْجَنَّةَ
“Seorang mu’min
tidak akan pernah merasa puasa terhadap kebaikan (ilmu) yang ia dengar sehingga
perjalanannya berakhir di surga” (HR Tirmidzi : 2686, Jami’u bayanil ‘ilmi :
612)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata mengenai hadits diatas :
فَجعل النَّبِي النهمة فِي الْعلم وَعدم الشِّبَع مِنْهُ من لَوَازِم
الايمان واوصاف الْمُؤمنِينَ وَاخْبَرْ ان هَذَا لَا يزَال دأب الْمُؤمن حَتَّى
دُخُوله الْجنَّة
“Nabi shalallahu alaihi wasallam menjadikan sifat ambisi dan tidak
pernah merasa puas (rakus) terhadap ilmu sebagai konsekwensi iman dan sifat
orang beriman. Dan Beliau memberitahukan bahwa sifat ini tetap menjadi karakter
mu’min sampai ia masuk surga” (Miftah Daaris Sa’adah 1/74)
Didalam lafadz hadits yang lain disebutkan :
مَنْهُومَانِ لَا يَشْبَعَانِ طَالِبُهُمَا: طَالِبُ عَلِمٍ، وَطَالِبُ
الدُّنْيَا
“Dua orang yang
ambisi (rakus) tidak merasa puas, penuntut ilmu dan pencari dunia” (HR Thabrani
, Al-kabir : 10388 Al-Hakim Al-Mustadrak 1/92 : 312, dishahihlan oleh
Ad-Dzahabi)
Wallahu a’lam.
Abu Ghozie
As-Sundawie