SHALAT DHUHA DIAWAL WAKTU
Shalat Dhuha yang
diawalkan memiliki keutamaan. Shalat ini dinamakan pula dengan Shalat Isyraq ia
adalah Shalat Dhuha yang dikerjakan pada awal waktu yaitu dimulai sesudah
matahari naik setinggi tombak (±1 meter) atau sekitar 15 (lima belas) menit
setelah terbit.
Keduanya bukan
merupakan 2(dua) shalat yang berbeda. Syaikh ’Abdul ’Aziz bin ’Abdullah bin Baz
rahimahullah Berkata :
”Shalat Isyraq ialah
Shalat Dhuha yang dikerjakan pada awal waktu terbitnya matahari.”
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu anhu ia berkata, bahwasanya Rasulullah shalallahu
alaihi wasallam bersabda;
مَنْ صَلَّى
الْغَدَاةَ فِيْ جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ
قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةً
تَامَّةً تَامَّةً.
“Barangsiapa
mengerjakan shalat shubuh secara berjama’ah, lalu ia duduk (di masjid) sambil
berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan Shalat
(Isyraq) 2 raka’at, maka ia seakan-akan berhaji dan berumrah yang sempurna,
sempurna, dan sempurna.” (HR. Tirmidzi : 586)
Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam senantiasa duduk ditempat shalatnya setelah
menunaikan Shalat Shubuh, hingga matahari terbit. Diriwayatkan dari Jabir bin
Samurah radhiyallahu anhu ia berkata :
أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرِ جَلَسَ فِيْ
مُصَلَّاهُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حُسْنًا.
“Sesunguhnya Nabi
shalallahu alaihi wasallam apabila telah mengerjakan Shalat Shubuh, beliau
duduk ditempat shalatnya hingga terbitnya matahari dengan indahnya.” (HR.
Muslim : 670)
Tidak ada bacaan
khusus dalam shalat dhuha demikian juga tidak ada do'a tertentu baik terkait
rizki sebagaimana yang dianggap sebagian kaum muslimin selama ini , karena
keutamaan shalat dhuha secara khusus tidak ada sangkut pautnya dengan rizki,
atau kelancaran usaha.
Keutamaan shalat
dhuha adalah pengganti sedekah atas setiap tulang persendian sebagaimana
diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi
wasallam , beliau bersabda;
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ
سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ
تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ
صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ
وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
”Dipagi
hari setiap persendian dari salah seorang di antara kalian harus ada
sedekahnya. Setiap bacaan tasbih adalah sedekah. Setiap bacaan tahmid adalah
sedekah. Setiap bacaan tahlil adalah sedekah. Setiap bacaan takbir adalah
sedekah. Amar ma’ruf adalah sedekah. Nahi munkar adalah sedekah. Dan itu semua
dapat dicukupi dengan 2 raka’at dari shalat Dhuha yang ia laksanakan.” (HR.
Muslim : 720, Abu Dawud : 1271)
shalat
dhuha adalah shalatnya orang senantiasa bertobat kepada Allah sebagai mana
sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ;
لَا يُحَافِظُ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى إِلَّا أَوَّابٌ وَهِيَ صَلَاةُ
الْأَوَّابِيْنَ.
”Tidak
ada yang (benar-benar) menjaga Shalat Dhuha, kecuali awwab (orang-orang orang
yang kembali kepada Allah). Dan (Shalat Dhuha) tersebut (adalah) Shalat Awwabin
(shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah).”(HR. Ibnu Khuzaimah dan
Hakim. Hadits ini
dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Ash-Silsilah Ash-Shahihah Juz 4 : 1994)
dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Ash-Silsilah Ash-Shahihah Juz 4 : 1994)
Adapun
do'a setelah shalat dhuha yang banyak diamalkan kaum muslimin dimana
berdasarkan do'a ini pulalah mereka menyangka shalat dhuha adalah shalat
pembuka rizki, lancar usaha dan pekerjaan, ternyata adalah do'a yang tidak ada
asal usulnya. do'a itu lafadznya :
اللهم إن الضحى ضحاؤك والجمال جمالك والبهاء بهاؤك والقوة قوتك والقدرة
قدرتك والعصمة عصمتك اللهم إن كان رزقي في السماء فأنزله ، وإن كان في الأرض
فأخرجه ، وان كان معسرا فيسره وان كان حراما فطهره وإن كان بعيدا فقربه ، وإن كان
قريباً فيسره بحق ضحائك وبهائك وجمالك وقوتك وقدرتك آتني ما آتيت عبادك الصالحين
Ya Allah
sesungguhnya dhuha itu adalah dhuha-Mu, kebaikan adalah kebaikan-Mu, keindahan
adalah keindahan-Mu, kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, kekuasan itu adalah
kekuasaan-Mu, dan pemeliharan itu adalah pemeliharaan-Mu. Ya Allah jika rizkiku
dilangit maka turunkanlah, jika dibumi maka keluarkanlah, jika sulit maka
mudahkanlah, jika haram maka bersihkanlah, jika jauh dekatkanlah, jika dekat
mudahkanlah, berkat kebenaran cahaya dhuha-Mu, kebaikan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu,
kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau berikan kepada
hamba-hamba-Mu yang shalih"
Do'a diatas sangat
bertele-tele padahal diantara petunjuk Nabi shalallahu alaihi wasallam ketika
berdo'a adalah berdo'a dengan kata-kata singkat tapi padat dan dalam maknanya,
seperti do'a diatas cukuplah kalau ia hanya minta rizki yang barokah, tanpa
merinci kalau rizki dilangit, jauh, haram dll. Wallahu a'lam.
Abu Ghozie
As-Sundawie